Yang Termasuk Pemimpin Pemerintahan Kesultanan Aceh Atau Aceh Darussalam Adalah?

0 Comments

Yang Termasuk Pemimpin Pemerintahan Kesultanan Aceh Atau Aceh Darussalam Adalah
Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada permulaan abad ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu pengaruh agama dan kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh, sehingga daerah ini mendapat julukan ‘ Seuramo Mekkah’ (Serambi Mekkah).

Bagaimana sejarah Kesultanan Aceh Darussalam?

tirto.id – Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam mengalami masa kejayaan pada era Sultan Iskandar Muda (1607-1636 Masehi). Kala itu, kerajaan bercorak Islam yang berpusati Kutaraja Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh) ini memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan angkatan perang yang kuat.

Aceh memiliki sejarah panjang sebagai salah satu lokasi kerajaan Islam awal di Nusantara. Di tanah rencong, pernah berdiri Kerajaan Samudera Pasai (1272-1450 M) dan Kesultanan Aceh Darussalam (1516-1700 M) yang berlokasi strategis di Semenanjung Malaya. Kesultanan Samudera Pasai kerajaan Islam pertama di Indonesia pernah mengalami masa kejayaan di Aceh.

Namun pada paruh akhir abad 14 masehi, Samudera Pasai mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit. Ditambah dengan munculnya Kesultanan Malaka dan Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-15 masehi sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka membuat pengaruh Samudera Pasai semakin luruh.

Berapa lama pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam?

8. Raja-Raja yang Lain – Seperti yang mungkin telah kamu baca sebelumnya, pernikahan Sultan Iskandar Tsani dan Sultanah Safiatuddin tidak mendapatkan keturunan. Maka dari itu, sang sultanah mempersiapkan beberapa anak angkatnya untuk mewarisi tahta kerajaan.

Mereka adalah Naqi Al-Din Nur al-Alam, Zaqi al-Din Inayat Syah, dan Kamalat Syah Zinat al-Din. Ya, ketiganya adalah perempuan dan konon tidak memiliki hubungan darah dengan sultanah. Setelah Sultanah Safiatuddin wafat, singgasana Kerajaan Aceh Darussalam kemudian diteruskan oleh Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam.

You might be interested:  Kerajaan Aceh Memiliki Undang-Undang Tata Pemerintahan Yang Disebut Hukum?

Tidak banyak yang dapat dikulik dari pemerintahan sultanah yang satu ini. Hanya saja, ia cukup lama memerintah dari tahun 1675 sampai 1678. Dua periode kekuasaan selanjutnya juga masih dipegang oleh perempuan. Pada tahun 1678 hingga 1688, silsilah Kerajaan Aceh Darussalam diteruskan oleh Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah.

  1. Setelah itu, baru Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din yang menjabat sebagai sultanah.
  2. Ia resmi menjadi ratu pada tahun 1688.
  3. Masa jabatannya cukup lama yaitu sampai 1699.
  4. Sepeninggal Sri Ratu Kamalat Syah, pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam jatuh ketangan Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din.

Ia memrintah pada tahun 1699 hingga 1702. Selanjutnya, masih ada tujuh belas raja lagi yang meneruskan tonggak kepemimpinan kerajaan tersebut. Baca juga: Informasi Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Memimpin Mataram Kuno

Bagaimana perebutan kekuasaan Kesultanan Aceh?

Kesultanan Aceh – Wilayah Kesultanan Aceh pada masa jayanya Kesultanan Aceh merupakan kelanjutan dari Kesultanan Samudra Pasai yang hancur pada abad ke-14, Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Kutaraja ( Banda Aceh ). Dalam sejarahnya yang panjang itu ( 1496 – 1903 ), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Aceh Darussalam pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam (Sultan Aceh ke 19), merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang penjelajah asal Prancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh pada zaman tersebut, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau hingga Perak,

  • Esultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda,
  • Esultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda,
You might be interested:  Faktor Yang Menyebabkan Runtuhnya Kerajaan Aceh?

Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya. Pada tahun 1824, Persetujuan Britania-Belanda ditandatangani, di mana Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda.

Apa yang dimaksud dengan Kesultanan Aceh?

KOMPAS.com – Kerajaan Aceh atau Kesultanan Aceh Darussalam adalah salah satu kerajaan Islam yang terletak di ujung Pulau Sumatera. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 masehi. Namun, Kesultanan Aceh baru menjadi penguasa setelah mengambil alih Samudera Pasai pada 1524 masehi.

  1. Erajaan Aceh berkuasa mulai akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-20.
  2. Dalam rentang empat abad tersebut, telah berkuasa 35 orang sultan dan sultanah.
  3. Esultanan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
  4. Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama dan melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 kapal perang dan 60.000 tentara laut.

Sistem pergantian takhta di Kerajaan Aceh tidak selalu kepada putra laki-laki, akan tetapi bisa juga putri, kemenakan, ataupun istri raja yang wafat. Oleh karena itu, seorang putri pun memungkinkan untuk memegang jabatan raja atau disebut sultanah. Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Demak Berikut ini 35 sultan dan sultanah yang berkuasa menjadi raja Kerajaan Aceh.

Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M) Sultan Salahudin (1528-1537 M) Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar (1537-1568 M) Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575 M) Sultan Muda (1575 M) Sultan Sri Alam (1575 – 1576 M) Sultan Zain al-Abidin (1576-1577 M) Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589 M) Sultan Buyong (1589-1596 M) Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604 M) Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M) Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636 M) Sultan Iskandar Thani (1636-1641 M) Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M) Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678 M) Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688 M) Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699 M) Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702 M) Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703 M) Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726 M) Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726 M) Sultan Syams al-Alam (1726-1727 M) Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735 M) Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760 M) Sultan Mahmud Syah (1760-1781 M) Sultan Badr al-Din (1781-1785 M) Sultan Sulaiman Syah (1785-) Alauddin Muhammad Daud Syah Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815 M) dan (1818-1824 M) Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818 M) Sultan Muhammad Syah (1824-1838 M) Sultan Sulaiman Syah (1838-1857 M) Sultan Mansur Syah (1857-1870 M) Sultan Mahmud Syah (1870-1874 M) Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903 M)

You might be interested:  Apa Penyebab Terjadinya Perang Aceh Melawan Portugis?

Baca juga: Alauddin Riayat Syah al-Kahar