Taktik perang gerilya – Perang Aceh yang dipimpin oleh para pahlawan menggunakan taktik perang gerilya. Perang gerilya adalah taktik yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, cepat, dan lewat sabotase. Menurut sejarah, taktik ini dianggap sangat membantu para pejuang untuk menyerang musuh yang memiliki pasukan yang banyak.
Contents
Bagaimana upaya Belanda menaklukan rakyat Aceh Jelaskan *?
Menyerang dari Dalam – Demi bisa menghancurkan pertahanan rakyat di daerah-daerah tersebut, kata Said, Belanda menggunakan dua cara: Pertama, menghancurkan perkampungan dan pelabuhan dengan tembakan meriam dari kapal-kapal perang mereka. Kedua, mengangkat orang-orang yang mudah diperalat untuk menjalankan siasat pecah belah.
- Mengenai cara yang kedua, para penjajah ini telah menjalankannya selama bertahun-tahun sebelum dimulainya Perang Aceh Pertama.
- Salah satunya melalui Sultan Mahmud dari Kesultanan Deli.
- Ia yang bersedia menandatangani perjanjian politik dengan Belanda, pada 22 Agustus 1862, menjadi jalan bagi Belanda untuk melancarkan rencananya.
Deli menjadi batu loncatan bagi mereka menguasai daerah-daerah di sekitar pusat Kerajaan Aceh. Dari wilayah milik Sultan Deli tersebut, Belanda berhasil melebarkan kekuasaannya ke daerah Asahan dan Pulau Kampai. Dijelaskan Anthony Reid dalam Asal Mula Konflik Aceh: dari Perebutan Pantai Timur Sumatera Hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19, bersedianya Deli membantu Belanda tidak lain karena wilayah mereka telah lama diusik oleh Aceh.
Sehingga datangnya orang-orang Eropa ini menjadi harapan Deli menjauhkan Aceh dari wilayahnya. “Deli mencari perlindungan dari serangan Aceh, sedangkan Serdang tidak dapat menentukan mana yang tidak terlalu buruk dari kedua yang buruk itu,” ujar Reid. Selain Sultan Deli, seorang Minangkabau bernama Raja Burhanuddin diikutkan juga dalam pengumpulan infromasi tentang Aceh.
Menurut Anthony Reid, Raja Burhanuddin tercatat sebagai pegawai tetap Belanda di Batavia. Mula-mula ia pergi ke Serdang, menyamar sebagai haji dan pedagang. Tugasnya menghentikan keterlibatan Tanah Batak ke dalam Perang Aceh. “Provokasi yang dilancarkan oleh Burhanuddin, bahwa Aceh hendak memaksa Batak masuk Islam, ternyata tidak mempan.
Terus terang dijawab oleh raja-raja Batak, bahwa mereka tidak ingin memusuhi Aceh. Baru mereka bersedia melawan siapapun kalau mereka diserang, sebelum itu tidak percaya provokasi Belanda,” tulis Said. Gagal di Tanah Batak, Raja Burhanuddin melanjutkan perjalannya ke Barus, baru ke Aceh Besar. Hampir selama 25 hari pegawai tetap Belanda ini berada di Aceh, ia sudah mendapat begitu banyak informasi untuk dilaporkan.
Raja Burhanuddin berkesimpulan bahwa kekuasaan yang disiapkan di banyak daerah hanya ditujukan bagi penjagaan lokal, tidak untuk bergabung dengan pasukan utama Aceh. Upaya memasuki wilayah Aceh rupanya datang juga dari penduduk asing. Menurut Said, beberapa tahun sebelum penyerangan Belanda, ada seorang Tionghoa yang datang dari Penang telah berhasil mendekati Sultan Mansur Sjah di ibukota.
Siapakah yang menggunakan taktik supit urang?
loading. Taktik perang Supit Urang telah melambungkan nama Soedirman sebagai salah jenderal militer ahli strategi masa itu. Foto/ist JAKARTA – Kemenangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945 melawan tentara Sekutu begitu membanggakan.
- Bukan hanya tercatat sebagai kemenangan pertama dalam perang kemerdekaan, pertempuran Ambarawa membawa nama militer Indonesia mendunia.
- Pasukan sekutu yang gagah perkasa lengkap dengan senjata dan alutsista modern, tumbang oleh pasukan TKR, organisasi militer yang baru saja dibentuk dengan senjata ala kadarnya.
Dua hal yang kemudian dikenal dan dikenang dunia adalah sosok Sudirman dan taktik perang Supit Urang yang diperkenalkannya. Taktik supit urang tersebut adalah teknik penyerangan dari dua sisi yang bertujuan membuat musuh terperangkap. Taktik ini dijalankan Sudirman yang kala itu sebagai Komandan Divisi V Banyumas berpangkat kolonel.
- Baca juga: Mengenang Palagan Ambarawa, Pertempuran yang Menginspirasi TNI AD Setelah gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Sudirman yang merasa sangat kehilangan salah satu perwira terbaiknya langsung mengambil alih komando pasukan.
- Sudirman memerintahkan pasukannya melakukan pengepungan dan pembatasan dari dua sisi posisi pasukan Sekutu.
Pada 11 Desember 1945, Sudirman menggelar rapat dengan para pimpinan sektor TKR. Di dalam rapat itulah, Sudirman mulai memperkenalkan taktik perang yang memang baru saat itu, yaitu Supit Urang. Ini dilakukan dengan cepat, cerdik, dan serentak. Untuk menggunakan taktik ini, Sudirman menggunakan empat kelompok pasukan.
- Eesokan harinya serangan dimulai.
- Tepat pukul 04.30 pagi, serangan diawali oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang.
- Gerakan pasukan pemukul lalu diikuti pasukan penembak karaben dengan tujuan menjepit musuh dari kanan dan kiri, seperti seekor udang menjepit mangsa.
Selanjutnya, supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang. Dengan taktik ini, TKR berhasil memutus komunikasi pasukan Sekutu terputus dan membuat Sekutu benar-benar terkurung. Setelah bertempur selama kurang lebih 4 hari, pada 15 Desember 1945 TKR berhasil merebut Ambarawa dan pasukan Sekutu mundur ke Semarang.
- Baca juga: Perjalanan Berliku Jenderal Soedirman, dari Guru hingga Panglima Besar Kemenangan TKR di Ambarawa melambungkan nama Sudirman yang dianggap menunjukkan kelas tertinggi sebagai pemimpin di tengah keterbatasan.
- Berkat kemenangan ini pula, pangkat Kolonel Sudirman pun dinaikkan menjadi Jenderal oleh Presiden Soekarno.
“Kolonel Soedirman telah menunjukkan dan membuktikan kualitas sebagai pemimpin yang mampu membawa kemenangan luar biasa di tengah keterbatasan, kekurangan dan ketidakterampilan para prajuritnya dalam menghadapi tentara sekutu yang serba modern, profesional, berpengalaman dan sebagai pemenang dalam Perang Dunia II.
Apa hasil dari perang gerilya?
Melalui perang gerilya yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto tersebut,pasukan militer Indonesia berhasil menguasai dam mengambil alih ibukota dari tangan militer Belanda hanya dengan waktu enam jam.
Strategi Supit Urang dimana?
Pada 11 Desember 1945, seluruh komando pasukan TKR dan laskar rakyat di bawah kendali Jendral Sudirman. Jendral Sudirman mulai memperkenalkan dan membuat rencana untuk melakukan taktik baru dalam pertempuran ini, yakni cepat, cerdik, serentak di segala sektor dengan menggunakan taktik dan strategi “Supit Urang”.
Taktik Supit Urang dilakukan dengan gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang. Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya, untuk selanjutnya supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang.
Untuk menjalankan taktik ini, digunakan empat kelompok yang terdiri dari beberapa pasukan dengan tujuan musuh benar-benar dalam kondisi terkurung dan komunikasi dengan pusat terputus. Jadi, strategi Supit Urang terjadi ketika Perang Ambarawa dan merupakan strategi Jendral Sudirman.