Tari Dari Aceh Yang Dipentaskan Secara Berkelompok Yaitu?

0 Comments

Tari Dari Aceh Yang Dipentaskan Secara Berkelompok Yaitu
Indonesia memiliki beragam budaya dan kesenian salah satunya provinsi Aceh. Provinsi di ujung atas pulau Sumatra ini memiliki tarian tradisional yang tersebar di beberapa daerah. Mengutip Media.acehprov.go.id, provinsi Aceh mempunyai 184 tarian tradisional yang tersebar di kota dan kabupaten.

Tarian Aceh ini memiliki gerakan dan keunikan masing-masing. Tarian Aceh yang terkenal adalah tari saman yang dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Mengutip dari Seminar Nasional Forum Asosiasi Prodi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik Indonesia (AP2SENI) 2015, tari saman Gayo diciptakan ulama besar Syekh Syaman.

Tari saman merupakan tarian yang mengandalkan tepuk tangan ke paha sambil bernyanyi. Saman dilakukan secara berkelompok. Tarian ini dimaknai pemahaman ajaran Islam pada masyarakat Aceh. Tari saman termasuk tarian hiburan untuk merayakan upacara adat seperti hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, sunatan, dan menyambut tamu kenegaraan.

Apakah tari saman harus dilakukan secara berkelompok?

Contoh Tari Berkelompok dalam Tarian Tradisional di Indonesia. – Berikut ini adalah contoh seni tari berkelompok dari daerah Aceh dan Surakarta berdasarkan buku 100 Keajaiban Indonesia oleh Tim Sunrise Pictures (2010: 11-12). Pengertian Tari Berkelompok dan Contohnya.

Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id Tari Saman adalah tarian khas Aceh. Nama Saman berasal dari nama Syekh Saman, seorang ulama asal Gayo, Aceh Tenggara, yang mengembangkan Tari Saman. Tari Saman dipertunjukkan oleh sekelompok penari dengan posisi duduk berlutut sambil menyanyi. Mereka bertepuk tangan, menepuk dada dan paha, serta merebahkan badan ke berbagai arah dengan tempo yang cepat.

Syari nyanyian di Tari Saman menggunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh. Pengertian Tari Berkelompok dan Contohnya. Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id Tari Bedhaya berasal dari Keraton Kasuhunan Surakarta. Ada beberapa macam Tari Bedhaya yang disesuaikan dengan jenis gendhing pengiringnya, di antaranya adalah Bedhaya Ketawang, Bedhaya Pangkur, Bedhaya Sinom, Bedhaya Duradasih.

Tarian ini dibawakan oleh 9 orang gadis (perempuan yang belum menikah) yang berasal dari kalangan Keraton. Gerakan tarian ini bertempo lambat dan ditarikan dengan sangat anggun dan selaras. Tari berkelompok tidak hanya muncul dalam seni tari tradisional namun banyak pula tari kreasi baru dan tari modern yang dipentaskan secara berkelompok atau secara massal.

Itulah penjelasan mengenai pengertian tari berkelompok dan contohnya dalam seni tari tradisional khas Indonesia. Menarik bukan? Semoga penjelasan ini dapat menambah wawasan anda yang tertarik pada seni tari, baik tari tradisional maupun tari modern. (IND)

You might be interested:  Contoh Tarian Berkelompok Yang Berasal Dari Aceh?

Apakah tari gambyong dilakukan secara berkelompok?

Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah Surakarta dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu. Gambyong bukanlah satu tarian saja melainkan terdiri dari bermacam-macam koreografi, yang paling dikenal adalah Tari Gambyong Pareanom (dengan beberapa variasi) dan Tari Gambyong Pangkur (dengan beberapa variasi).

  1. Meskipun banyak macamnya, tarian ini memiliki dasar gerakan yang sama, yaitu gerakan tarian tayub/tlèdhèk.
  2. Pada dasarnya, gambyong dicipta untuk penari tunggal, namun sekarang lebih sering dibawakan oleh beberapa penari dengan menambahkan unsur blocking panggung sehingga melibatkan garis dan gerak yang serba besar.

Sejarah Serat Centhini, kitab yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV (1788-1820) dan Pakubuwana V (1820-1823), telah menyebut adanya gambyong sebagai tarian tlèdhèk. Selanjutnya, salah seorang penata tari pada masa pemerintaha Pakubuwana IX (1861-1893) bernama K.R.M.T.

Wreksadiningrat menggarap tarian rakyat ini agar pantas dipertunjukkan di kalangan para bangsawan atau priyayi. Tarian rakyat yang telah diperhalus ini menjadi populer dan menurut Nyi Bei Mardusari, seniwati yang juga selir Sri Mangkunegara VII (1916-1944), gambyong biasa ditampilkan pada masa itu di hadapan para tamu di lingkungan Istana Mangkunegaran.

Perubahan penting terjadi ketika pada tahun 1950, Nyi Bei Mintoraras, seorang pelatih tari dari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII, membuat versi gambyong yang “dibakukan”, yang dikenal sebagai Gambyong Pareanom. Koreografi ini dipertunjukkan pertama kali pada upacara pernikahan Gusti Nurul, saudara perempuan MN VIII, di tahun 1951.

Tarian ini disukai oleh masyarakat sehingga memunculkan versi-versi lain yang dikembangkan untuk konsumsi masyarakat luas. Gerak Tari Secara umum, Tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan, beksan, dan mundur beksan.

Yang menjadi pusat dari keseluruhan tarian ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala. Gerakan kepala dan juga tangan yang terkonsep adalah ciri khas utama tari Gambyong. Selain itu pandangan mata selalu mengiringi atau mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang arah jari-jari tangan juga merupakan hal yang sangat dominan.

Selain itu gerakan kaki yang begitu harmonis seirama membuat tarian gambyong indah dilihat. Penggunaan Pada awalnya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah. Dewi Padi (Dewi Sri) digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari.

Sebelum pihak keraton Mangkunegara Surakarta menata ulang dan membakukan struktur gerakannya, tarian gambyong ini adalah milik rakyat sebagai bagian upacara. Kini, tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan.