Politik adu domba atau ‘devide et impera’ dalam Perang Aceh (1873-1913) yang dilakukan Belanda ini diterapkan atas usul dari Christiaan Snouck Hurgronje (8 Februari 1857 – 26 Juni 1936) seorang Orientalis (ilmuwan budaya Timur).
Contents
Apa siasat yang digunakan Belanda dalam menghadapi perlawanan rakyat Aceh?
Strategi yang digunakan pemerintah Belanda dalam menghadapi perlawanan rakyat Aceh ialah dengan melakukan strategi Devide Et Impera atau ‘politik pecah belah’ sehingga membuat perlawanan menjadi lemah dan pemerintah Belanda dapat dengan mudah menaklukan perlawanan rakyat Aceh.
Apa yang menjadi jasa Cut Nyak Dien?
Perjuangan Cut Nyak Dien – Pahlawan Wanita Aceh Perjuangan Cut Nyak Dien melawan Belanda dan mengusir pemerintah kolonial Belanda dari Tanah Rencong begitu gigih dan tak kenal menyerah. Perjuangan Cut Nyak Dien semakin membuat pemerintah kolonial Belanda kewalahan menghadapinya.
Taktik berperangnya memang begitu cerdik. Seorang perempuan yang begitu cerdas, berani, dan penuh kecintaan terhadap Bumi Pertiwi. Kota Aceh adalah salah satu kota yang memiliki banyak sejarah. Salah satu peninggalan sejarahnya adalah Mesjid Baiturrahman. Inilah ikon Aceh, yang menjadi kebanggaan masyarakat Serambi Mekkah, yakni Masjid Baiturrahman.
Masjid megah ini selain untuk beribadah umat Islam, masjid ini merupakan bukti dokumentasi konkret tentang awal masuknya Islam ke Aceh yang dibawa oleh pedagang Gujarat. Masjid Baiturrahman menegaskan pula bahwa Aceh itu sebagai Serambi Mekkahnya Indonesia.
Masjid ini dibangun pada abad 17, di masa era kesultanan Iskandar Muda. Awalnya, masjid ini adalah masjid kesultanan, tapi seiring meluasnya Islam di Aceh, masjid ini dibuka untuk masyarakat umum. Masjid ini sudah mengalami beberapa perluasan dan renovasi, termasuk menjadi saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, termasuk perjuangan seorang Cut Nyak Dien.
Perjuangan Cut Nyak Dien Beliau lahir di Lampadang, Aceh, pada 1850. Ayah dan suaminya merupakan pejuang kemerdekaan. Ketika Belanda menduduki tanah kelahirannya, beliau mengungsi dan berpisah dengan ayah dan suaminya. Perpisahan ini menjadi akhir pertemuan beliau dengan suami tercintanya.
- Teuku Ibrahim Lamnga, suaminya, gugur dalam pertempuran dengan Belanda di Gletarum, Juni 1878.
- Cut Nyak Dien tidak menerima penghinaan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda yang pada awalnya menyerang Aceh dan membinasakan tempat ibadah.
- Emarahannya terhadap Belanda semakin menjadi saat suami pertamanya, Teuku Cek Ibrahim Lamnga, gugur dalam perang.
Selang 2 tahun setelah kematian suaminya, beliau menikah lagi dengan salah seorang pejuang hebat bernama Teuku Umar. Cut Nyak Dien dilamar pejuang Aceh bernama Teuku Umar. Bersama suami keduanya ini, Cut Nyak Dien semakin bersemangat untuk mengusir penjajah Belanda.
- Guna mempertahankan wilayah dan kemerdekaan, Cut Nyak Dien tak gentar maju berperang melawan Belanda yang memiliki persenjataan canggih.
- Namun sayang, kisah tragis yang pernah dialaminya kembali terulang.
- Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 11 Februari 1899.
- Setelah suaminya Teuku Umar meninggal, Cut Nyak Dien meneruskan perjuangannya sendirian.
Namun, ia tak gusar. Tak kalah mental meski ditinggal suami tercinta yang gugur di medan perang. Cut Nyak Dien terus melakukan gempuran terhadap markas-markas Belanda bersama para pengikutnya. Cut Nyak Dien menjadi orang yang paling dicari oleh Belanda untuk dibunuh karena perjuangannya mengancam keberadaan dan kelangsungan pemerintah kolonial Belanda di bumi Serambi Mekkah.
Apakah pasukan Aceh menggunakan siasat perang gerilya?
1881-1896 – Dalam Perang Aceh, taktik perang gerilya dilakukan mulai 1881 dan terus berlanjut hingga 1903. Baca juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir tribunnewswiki.com Perang Aceh 1873 yang terjadi setelah ditandatanganinya perjanjian atau Traktat Sumatera 1871 Pada 1881, pasukan Aceh dipimpin oleh Teuku Umar bersama dengan Panglima Polim dan Sultan melawan Belanda dengan cara bergerilya. Teuku Umar pada saat itu berpura-pura bekerja sama dengan Belanda agar bisa mendapatkan senjata mereka.
Sementara itu, pada 1883, Gubernur Hindia Belanda Van Teijn juga melakukan hal yang sama, yakni berusaha memanfaatkan Teuku Umar untuk bisa mendapat simpati dari rakyat Aceh. Sewaktu Teuku Umar berpura-pura bekerja sama dengan Belanda, ia berhasil menundukkan pos-pos pertahanan Belanda di Aceh. Teuku Umar terus berpura-pura demi mendapat peran yang jauh lebih besar di hati Belanda.
Dengan gaya yang sangat meyakinkan, Umar berhasil menaklukkan Belanda. Bahkan keinginannya untuk menambah panglima sebanyak 17 orang dan 120 prajurit dituruti oleh Belanda. Baca juga: Biografi Teuku Umar, Pejuang dari Aceh Tanpa disadari, Teuku Umar sudah berhasil mengumpulkan banyak pasukan untuk melawan Belanda.
- Pada 1884, Teuku Umar berlabuh ke Aceh Barat dengan membawa 32 orang tentara Belanda, yang kabarnya telah dibunuh di tengah laut.
- Tidak hanya itu, dikabarkan juga bahwa seluruh senjata dan perlengkapan tentara Belanda telah dirampas oleh Teuku Umar.
- Setelah persenjataan terkumpul, Teuku Umar membagikan hasil rampasannya kepada para pejuang Aceh dan bersiap melawan Belanda.
Menghadapi kekuatan perlawanan Teuku Umar dan pasukannya, Belanda pun mulai kewalahan. Belanda sendiri berusaha menghadapi tentara Aceh dengan menerapkan strategi konsentrasi stelsel, yakni memusatkan pasukan supaya bisa lebih terkumpul. Namun, taktik itu dirasa masih belum cukup efektif, sehingga Belanda kembali menerapkan strategi baru dengan mendatangkan Snouck Hurgronje untuk memelajari sistem sosial penduduk Aceh.
Apa taktik yang digunakan Belanda saat perang melawan pasukan di Ponegoro?
KOMPAS.com – Benteng Stelsel adalah taktik yang dibuat oleh Belanda untuk mempersempit daerah lawan dengan cara membangun benteng di setap sudut kota yang telah mereka kuasai. Orang yang menciptakan strategi Benteng Stelsel adalah Jenderal de Kock. Taktik ini pertama kali diusulkan oleh Jenderal de Kock pada 1827, ketika Belanda kerepotan dalam menghadapi serangan pasukan Pangeran Diponegoro.