Siapa Raja Yang Terkenal Dan Membawa Kemajuan Di Aceh?

0 Comments

Siapa Raja Yang Terkenal Dan Membawa Kemajuan Di Aceh
1. Sejarah Kerajaan Aceh – Didirikan pada tahun 1946 di wilayah Kerajaan Lamuri yang terlebih dahulu ada, pemimpin tertinggi di Kerajaan Aceh berada pada penguasaan Sultan. Pada saat itu, Kerajaan Aceh banyak dikendalikan oleh orang kaya. Dalam cerita Aceh, pada tahun 1579, ada Sultan yang diturunkan dari jabatannya karena membagikan harta kerajaan kepada pengikutnya, dia bernama Sultan Sri Alam.

  1. Akhirnya, posisinya digantikan oleh Sultan Zainal Abidin.
  2. Namun, Sultan Zainal Abidin terbunuh hanya beberapa bulan setelah dinobatkan menggantikan Sultan Sri Alam.
  3. Ini disebabkan karena sifatnya yang kejam dan kecanduan dalam berburu.
  4. Sultan Zainal Abidin pun digantikan dengan Alaiddin Riayat.
  5. Tapi, pada kepemimpinannya dia melakukan penumpasan kepada orang kaya yang berlawanan dengan sistem kepemimpinannya.

Kemudian, masa kejayaan Kesultanan Aceh akhirnya terjadi di kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, yaitu pada tahun 1607-1636. Kala itu, Aceh berhasil menaklukkan wilayah Pahang yang merupakan sumber utama timah. Pada tahun 1629, Kesultanan Aceh melakukan perlawanan, yaitu menyerang Portugis di wilayah Malaka.

Apa yang menyebabkan Kerajaan Aceh dapat berkembang dengan pesat?

Kerajaan Aceh memiliki wilayah yang luas. Selain itu, juga mampu melakukan perdagangan ke wilayah China, India, Gujarat, Timur Tengah sampai ke Turki. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh berkembang pesat menjadi kerajaan besar. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh berkembang pesat menjadi kerajaan besar. Beberapa faktor pendukung Kerajaan Aceh berkembang pesat yaitu:

letak ibu kota aceh strategis di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, China atau Jawa, pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratan baik sebagai pelabuhan dagang. Pelabuhan itu terlindung dari ombak besar oleh Pulau We, Pulau Nasi dan Pulau Breuen, daerah Aceh kaya tanaman lada sebagai mata dagang ekspor yang penting dalam mengadakan perdagangan internasional, jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang barat Sumatera.

You might be interested:  Pemimpin Rakyat Aceh Dan Ternate Yang Melakukan Perlawanan Jawaban?

Dengan demikian, Aceh dapat berkembang menjadi sebuah kerajaan dengan bandar dagang yang sangat ramai dan maju karena letak yang strategis, memiliki persyaratan baik sebagai pelabuhan dagang, Aceh kaya tanaman lada sebagai mata dagang ekspor, Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.

Jelaskanlah pada masa pemerintahan siapa kerajaan Islam mencapai puncak keemasannya?

Gambar 01. Sultan Agung Hanyokrokusumo Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 – 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati.

Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun. Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukan.

Pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Kehadiran Sultan Agung sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban kebudayaan pada tingkat yeng lebih tinggi. Siapa Raja Yang Terkenal Dan Membawa Kemajuan Di Aceh Gambar 02. Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram Islam Sultan Agung merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran melakukan perlawanan dengan Belanda yang kala itu hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Ooos Indische Compagnie), Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629.

Perlawanan tersebut disebabkan karena Sulan Agung menyadari bahwa kehadiran VOC di Batavia dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa. Kekuasaan Mataram Islam pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti di Batavia.

Selain itu, kehadiran VOC akan menghambat penyebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan Sultan Agung. Sultan Agung memiliki prinsip untuk tidak penah bersedia berkompromi dengan VOC maupun penjajah lainnya. Namun serangan Mataram Islam terhadap VOC yang berkedudukan di Batavia mengalami kegagalan disebabkan tentara VOC membakar lumbung persediaan makanan pasukan kerajaan Mataram Islam pada saat itu.