Seorang Ahli Tasawuf Yang Menyebarkan Islam Di Aceh Adalah?

0 Comments

Seorang Ahli Tasawuf Yang Menyebarkan Islam Di Aceh Adalah
Syeikh Hamzah Fansuri Syeikh Hamzah Fansuri adalah tokoh sufi terkenal di Aceh.

Siapakah penyebar agama Islam di Aceh?

Senin, 10 Mei 2021 15:30 WIB Foto ilustrasi Hamzah Fansuri. (CNNIndonesia/Fajrian) Jakarta, CNN Indonesia – Aceh salah satu titik awal masuknya Islam ke Nusantara. Maka tidak mengherankan jika Aceh menjadi pusat pengembangan intelektual Islam yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama semacam Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar-Raniry.

  1. Edua ulama ini banyak berperan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Islam di Asia Tenggara dengan mendirikan lembaga pendidikan Islam seperti dayah semacam perguruan tinggi di Aceh.
  2. Tak hanya dari warga Aceh, murid mereka bahkan berasal dari berbagai penjuru nusantara.
  3. Hamzah Fansuri merupakan ulama kelahiran abad ke-16 di Barus atau Panchor, Sumatera Utara.

Buah pemikirannya telah melahirkan beberapa karya besar antara lain Asraarul Arifiin Fi Bayani Ilmis Suluk wat-Tauhid, yang membahas masalah-masalah ilmu tauhid dan ilmu thariqat. Kemudian kitab Syaraabul Asyiqin, yang membicarakan masalah-masalah thariqat, syariat, haqiqat dan makrifat.

Lalu kitab Al Muntahi, yang membicarakan masalah-masalah tasawuf. Sebagai seorang ulama tasawuf, Hamzah Fansuri juga seorang pujangga atau penyair Sufi yang terkenal. Ia termasuk dalam jajaran ulama sufi terkenal pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Syair-syairnya menegaskan spiritual sufistik seorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ucapan-ucapan cinta tersebut kemudian dituangkan dalam untain syair yang indah dan penuh makna, seperti yang tetuang dalam Syair Perahu berikut ini : Wahai muda kenali dirimu, ialah perahu tamsil tubuhmu, tiadalah berapa lama hidupmu, ke akhirat jua kekal hidupmu Hai muda arif-budiman, hasilkan kemudi dengan pedoman, alat perahumu jua kerjakan, itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu, hasilkan bekal air dan kayu, dayung pengayuh taruh di situ, supaya laju perahumu itu Untaian kata yang sarat makna, tersebut hampir sama dengan puisi-puisi Jalaluddin Rumi yang selalu menyampaikan bahwa Tuhan adalah sebagai satu-satunya tujuan dan tidak ada yang menyamai-Nya.

Ia pun mendapat julukan sebagai Jalaluddin Rumi-nya Indonesia. Namun, syair Hamzah Fansuri memiliki perbedaan rima atau bunyi. Dalam syair-syair Arab dikenal dengan rima rubaiyat yakni a-a-b-a, sedangkan syair Hamzah Fansuri memakai rima a-a-a-a. Rima tersebut yang kini menjadi cikal bakal bentuk pantun pertama dalam bahasa Melayu.

Siapakah nama ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di pantai barat Sumatera dan pantai?

Langgam.id – Sekitar empat abad berlalu, nama Syekh Burhanuddin Ulakan masih terawat dalam ingatan masyarakat Ranah Minang, Ia dicatat sebagai salah satu ulama generasi awal yang menyebarkan Islam di Minangkabau. Berbagai literatur mencatat beragam tahun kelahiran Syekh Burhanuddin.

Namun, umumnya sekitar awal abad ke-17. Masoed Abidin dkk dalam “Ensiklopedi Minangkabau” (2010) menyebut tahun kelahirannya pada 1021 Hijriah. Sementara, Bustamam yang menulis profil Syekh Burhanuddin dalam “Riwayat Hidup Ulama Sumatera Barat dan Perjuangannya” (2001) menyebut tahun 1026 Hijriah. Duski Samad dalam “Syekh Burhanuddin Ulakan dan Islamisasi di Minangkabau” (2003) juga menyebut tahun 1026 H.

Saat dikonversi ke tahun Masehi, rentang 1021-1026 Hijriah tersebut diperkirakan antara tahun 1612-1617 Masehi, atau sekitar awal abad ke-17. Buku Ensiklopedi Minangkabau menulis, Burhanuddin lahir di Pariangan, Tanah Datar. Ayahnya bernama Pampak dari Suku Koto.

Sementara, ibunya Cukuik dari Suku Guci. “Nama kecil Burhanuddin ialah Kunun. Tetapi teman-teman sebayanya memanggilnya Pono,” tulis Bustamam. Kehidupan Pono bersama keluarganya serba kekurangan. Hal ini yang kemudian membuat keluarga ini hijrah mencari kehidupan baru ke arah pesisir, saat Pono berusia 7 tahun.

Keluarga ini sampai di Sintuk, dan kemudian diberi sebidang tanah untuk digarap oleh ninik mamak setempat. “Pindah ke Sintuk Lubuk Alung dan belajar agama Islam pertama sekali dengan Tuanku Madinah di Tapakih, Kecamatan Nan Sabarih,” tulis Duski Samad.

Di Tapakis, bermukim seorang ulama bernama Yahyuddin yang dikenal dengan nama Tuanku Madinah. Kepada guru ini, Pono mulai mendalami agama Islam, lebih kurang 3 tahun. Ia mempelajari ibadah wajib, tauhid, fiqih, tafsir dan sejarah Islam. Sebelum meninggal, Tuanku Madinah meminta Pono melanjukan pelajaran agama kepada Syekh Abdurrauf Singkil di Aceh.

Ketika gurunya meninggal, ia membulatkan tekad berangkat ke Aceh untuk belajar agama kepada Syekh Abdurrauf. Abdurrauf adalah ulama terkemuka Aceh di abad ke-17 tersebut. Ia pernah menetap di Mekkah selama 10 tahun untuk mendalami Islam. Kepadanyalah Pono belajar, memperdalam tasawuf dan tarekat Syattariyah, sebagai jalan mengembangkan agama Islam kepada masyarakat.

  1. Selama di Aceh, ia bukan hanya memperdalam pelajaran agama, tapi juga melewati berbagai ujian berat.
  2. Ujian itu, sejak dari tirakat, kesetiaan hingga ujian hawa nafsu.
  3. Semua mampu dilewati oleh Pono.
  4. Setelah 9 tahun mempelajari tarekat, Pono lulus dan mendapat ijazah dari Syekh Abdurrdauf Singkil.
  5. Sejak itu, ia dipanggil dengan sebutan Syekh.
You might be interested:  Pakaian Adat Yang Ada Di Aceh?

Ada yang menyebut, ia belajar di Aceh selama 21 tahun, ada yang menyebut sampai 30 tahun. Ia akhirnya pamit kepada Syekh Abdurrauf untuk pulang kembali ke Minangkabau. Sebelum Pono pulang, Syekh mengganti namanya menjadi Burhanuddin. Sehingga, setelah itu kemudian dikenal dengan panggilan Syekh Burhanuddin.

Siapa yang membawa dan menyebarkan agama Islam ke Indonesia?

Di Indonesia terkenal dengan penduduknya yang mayoritas memeluk agama islam, budaya nya, alamnya yang luas dan hasil bumi yang cukup banyak. Sejarah masuknya islam awalnya di bawa oleh pedagang Gujarat lalu di ikuti oleh pedagang arab dan Persia. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama islam ke tempat mereka berlabuh di seluruh indonesia.

  1. Banyak yang berspekulasi jika islam masuk ke indonesia di abad ke 7 atau 8, karena pada abad tersebut terdapat perkampungan islam di sekitar selat Malaka.
  2. Selain pedagang ada juga dengan cara mendakwah, seperti penyebaran di tanah jawa yang di lakukan oleh para walisongo,
  3. Mereka lah sang pendakwah dan sang ulama yang menyebarkan islam dengan cara pendekatan sosial budaya.

Di jawa islam masuk melalui pesisir utara pulau jawa dengan di temukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Di Mojokerto juga telah di temukannya ratusan makam islam kuno. Di perkikan makam ini adalah makam para keluarga istana Majapahit. Di kalimantan, islam masuk melalui pontianak pada abad 18.

Di hulu sungai Pawan, kalimantan barat di temukan pemakaman islam kuno. Di kalimantan timur islam masuk melalui kerajaan Kutai, di kalimantan selatan melalui kerajaan banjar, dan dari kalimantan tengah di temukannya masjid gede di kota Waringin yang di bangun pada tahun 1434 M. Di sulawesi islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.

Demikian sedikit penjelasan tentang sejarah islam masuk ke indonesia. Kita harus bangga dengan para ulama yang telah menyebarkan agama islam di indonesia tanpa adanya perang. Dengan peran para ulama yang bijaksana, agama islam dengan mudah di terima di seluruh nusantara.

Siapakah mubaligh profesional dari Arab yang berhasil mengislamkan penduduk setempat Aceh?

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Islam di Aceh merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Aceh. Banyak ahli sejarah baik dalam maupun luar negeri yang berpendapat bahwa agama Islam pertama sekali masuk ke Indonesia melalui Aceh,

Eterangan Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga Samudera-Pasai, berdasarkan makam yang diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.

Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai,

  • Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju Samudera untuk mengislamkan penduduk di sana.
  • Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Svekh Ismail pun pulang kembali ke Mekkah,
  • Perlu juga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain: Perlak, Lamuri, Barus dan lain-lain.

Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Islam yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman.

Para pedagang dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam. Secara historis sosiologis, masuk dan berkembangnya Islam ke suatu daerah sangat kompleks. Terdapat banyak permasalahan yang terkait dengannya, misalnya dari mana asalnya, siapa yang membawa, apa latar belakangnya dan bagaimana dinamikanya, baik dari segi ajaran Islam maupun pemeluknya.

Ada beberapa pendapat yang menyatakan kapan masuknya Islam ke Aceh. Hamka berpendapat Islam masuk ke Aceh sejak abad pertama Hijriah (ke-7 atau 8 M) namun ia menjadi sebuah agama populis pada abad ke-9 seperti pendapat Ali Hasjmy, Sedangkan para orientalis seperti Snouck Hourgronje berpendapat Islam masuk pada abad ke-13 M yang ditandai dengan berdirinya Kesultanan Samudra Pasai,

Siapa tokoh yang sangat berperan penting dalam penyebaran Islam di Sumatera?

Beberapa tokoh Islam yang berpengaruh dalam proses awal penyebaran Islam di Sumatera antara lain: Hamzah Fansuri (Aceh), Syamsuddin al Sumaterani (Aceh), Nurrudin Ar Raniri (Melayu), Abdur Rauf Singkel (Aceh), Syekh Abdussamad al Palimbani (Palembang), Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi (Bukittinggi, Sumatera Barat).

Siapakah orang yang menyebarkan agama Islam di Sumatra?

Masuknya agama Islam di Sumatra pertama kali pada abad ke-7 dengan bukti adanya masyarakat Arab di daerah pesisir timur pulau Sumatra. Selanjutnya, agama Islam berkembang ke wilayah Aceh lalu ke seluruh Indonesia. Para pembawa agama Islam ini berasal dari para pedagang Gujarat, Persia, dan Arab.

Beberapa tokoh yang berpengaruh dalam proses penyebaran Islam di Sumatra seperti Sultan Maulana Malik Al Saleh dari Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke-13, Hamzah Fansuri yang menyebarkan agama Islam di Aceh pada sekitar abad ke-16 M, dan Nurudin Ar-Raniry yang menyebarkan agama Islam dan menjadi penasehat di Kesultanan Aceh pada abad ke-17.

You might be interested:  Alamat Hotel Hip Hop Banda Aceh?

Jadi, yang pertama kali menyebarkan Islam di wilayah Sumatra adalah para pedagang muslim dari Gujarat, Persia, dan Arab. Selanjutnya agama Islam disebarkan oleh beberapa tokoh Islam di Sumatra seperti Sultan Maulana Malik Al Saleh, Hamzah Fansuri, dan Nurudin Ar-Raniry.

Kapan Islam masuk ke Aceh?

Jakarta – Islam merupakan agama yang banyak dianut oleh masyarakat di Indonesia. Dari berbagai wilayah di Indonesia, mayoritas masyarakatnya adalah muslim atau pemeluk agama Islam. Mengutip buku Sejarah Indonesia Masuknya Islam Hingga Kolonialisme karya Ahmad Fakhri Hutauruk (2020), masuknya Islam ke Indonesia sedikit berbeda dengan negara lainnya.

  • Hal ini karena datangnya Islam ke Indonesia dibawa dengan damai melalui pedagang atau mubaligh.
  • Sedangkan di negara-negara lainnya seperti Iran, Irak, Mesir dan Afrika Islam masuk karena penaklukkan.
  • Masuknya Islam ke Indonesia sendiri diketahui terjadi secara berangsur-angsur sejak abad ke-7 Masehi hingga abad ke-13 Masehi.

Belum ada teori pasti yang menyebutkan kapan masuknya Islam ke Indonesia, namun ada 3 teori yang menjelaskan masuknya Islam ke Nusantara yakni Teori Gujarat, Teori Makkah, dan Teori Persia. Bicara tentang hadirnya Islam di Indonesia disebut-sebut bermula di Provinsi paling ujung Pulau Sumatera yaitu Aceh.

  • Dosen Ilmu Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Supriyatno melalui laman resmi Pemerintah Provinsi Aceh yang dikutip Selasa (21/6/2022) menyebutkan Aceh merupakan wilayah Indonesia pertama yang memeluk agama Islam.
  • Berdasarkan penuturannya, pada abad ke-7 Masehi wilayah di Aceh yang pertama kali menerima kedatangan Islam yakni Pasai, Aceh Utara, dan Peurelak.

“Proses awal kedatangan Islam di Sumatera terlebih Indonesia bisa dilihat dengan rujukan sejumlah data, khususnya data prasasti Islam yakni batu nisan Aceh,” terang Suprayitno. Rujukan sumber lama yang dimaksud tersebut di antaranya yakni, dua buah naskah lokal yang berjudul Idhahul Hak Fi Mamlakatil Peureulak karya Abu Ishaq Al Makarany dan Tawarich raja-raja kerajaan dari Aceh.

Sementara itu, sumber batu nisan yang ditemukan di Aceh berupa prasasti Islam dan makam berjumlah kurang lebih 300 prasasti. Kumpulan prasasti tersebut mengandung isi yang mengungkap secara singkat tokoh yang pernah menjadi pelaku ataupun saksi dalam peristiwa tersebut. Hingga berabad-abad penyebaran agama Islam di Indonesia terus berlanjut.

Dikutip dari buku Jejak Masuknya Islam di Indonesia karya Hanatul Ula Maulidya menuliskan pada abad ke-15 Masehi pedagang arab dan negara-negara lain mendarat di Jawa dan mulai terjadi penyebaran Islam melalui perdagangan sambil berdakwah. Penyebaran Islam di Jawa yang awalnya terbatas di mulai menyebar ke seluruh tanah Jawa melalui proses pernikahan dengan perempuan-perempuan Jawa serta menduduki posisi sosial dalam hubungan masyarakat.

Siapa penyebar dakwah Islam sebelum masa Walisongo?

Ternyata, sebelum jaman ‘ Wali Songo ‘, kisah penyebaran Agama Islam pertama disebarkan oleh Sosok bernama Syekh Subakir.

Apa peranan para wali dalam menyebarkan agama Islam?

Peran walisongo – Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud), walisongo diartikan sebagai sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Walisongo mulai hadir di abad ke0-15, tepatnya ketika Sunan Gresik mendirikan majelis dakwah pada 1404.

  1. Wali bukanlah nama, melainkan sebutan julukan yang mengadung perlambang suatu dewan para wali.
  2. Angka Sembilan sebelum islam berkembang dianggap angka keramat.
  3. Peran walisongo dan ulama sengaja untuk berdakwah, mengajar, dan mendirikan pesantren.
  4. Melalui pendidikan, proses penyebaran Islam lebih cepat dan berhasil.

Datang utusan dari berbagai daerah untuk belajar di sekolah atau pesantren di Pulau Jawa. Setelah selesai pendidikannya, mereka kembali ke daerah asal atau daerah lain untuk menyebarkan agama Islam. Contoh seperti yang dilakukan oleh pesantren Sunan Drajat yang masih aktif hingga hari ini.

  1. Pesantren itu telah melahirkan banyak pendakwah yang menyebarkan Islam ke berbagai pelosok Jawa bahkan Nusantara.
  2. Peran Ulama dan para wali sangat penting dalam proses penyebaran Islam terutama di lingkungan pedalaman yang masih menganut kepercayaan lama sehingga dapat memeluk agama Islam.
  3. Mereka menggunakan kebudayaan dan kesenian untuk berdakwah, seperti wayang dan macapat yang telah ada lebih dulu.

Agama Islam yang semakin besar dengan kehadiran Kerajaan Demak juga tidak lepas dari peran Wali Songo. Wali Songo saat itu berperan sebagai penasihat. Setelah Majapahit runtuh, Kesultanan Demak pun melebarkan kekuasaannya hingga ke Cirebon dan Banten. Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten di barat Jawa didirikan oleh Sunan Gunungjati.

Siapa yang terkenal sebagai penyebar agama Islam pada abad ke 14 di Tanah Jawa?

Liputan6.com, Gresik Sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa tidak lepas dari peran para wali songo (wali sembilan). Konon, wali songo yang pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa adalah Sunan Gresik, Sunan Gresik merupakan seorang wali yang memiliki semangat tinggi dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14.

  • Sebagian orang menyebut jika Sunan Gresik adalah keturunan Arab.
  • Tapi ada juga yang menyebut keturunan Uzbekstan dan Persia.
  • Sunan Gresik dikenal sebagai sosok yang tak kenal lelah dalam menyebarkan agama Islam di Jawa.
  • Atas ikhtiar dan rida dari-Nya, ia berhasil mengislamkan masyarakat Jawa.
  • Bukan hanya itu, ia juga berhasil mencetak murid-murid yang akhirnya membantu dalam menyebarkan agama Islam di Jawa maupun Indonesia secara keseluruhan.
You might be interested:  Yang Merupakan Lagu Daerah Aceh Adalah?

Mengutip dari berbagai sumber, berikut kisah-kisah menarik Sunan Gresik yang dirangkum Liputan6. * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Tiap tahun menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar tradisi Siraman Panjang, tradisi mencuci piring, botol dan guci peninggalan Wali Songo.

Siapa tokoh pembawa ajaran Islam dari Arab ke Indonesia?

Masuknya Agama Islam ke Indonesia – Dalam teori Arab atau Mekah dikatakan bahwa proses masuknya agama serta ajaran Islam ke Indonesia secara langsung dari Mekah maupun Arab. Proses masuknya agama Islam ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau pada abad ke tujuh Masehi.

Teori Arab atau yang dikenal juga dengan Teori Timur Tengah ini sendiri dipelopori oleh sebagian sejarawan, yang diantaranya terdiri dari Crawfurd, Keijzer, Naimann, de Hollander, dan juga sejarawan yang berasal dari Indonesia seperti Hasjmi, Al-Attas, Buya Hamka, Hoesein Djajadiningrat, dan Mukti Ali.

Tokoh yang pertama kali memperkenalkan teori adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau yang dikenal dengan HAMKA. Beliau merupakan salah seorang ulama serta sastrawan Indonesia. HAMKA sendiri mengemukakan mengenai pendapatnya tersebut pada tahun 1958, dimana saat itu orasi yang disampaikan pada dies natalis PTIN atau Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berlokasi di Yogyakarta.

Haji Abdul Karim Amrullah juga menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan mengenai agama Islam yang datang ke Indonesia secara tidak langsung dari Arab maupun Mekah. Sumber lokal Indonesia serta sumber Arab dijadikan referensi oleh HAMKA sebagai bahan rujukan yang beliau jadikan bahan dalam berargumentasi.

Menurut pandangan beliau, motivasi awal kedatangan orang Arab ke Indonesia tidak dilandasi oleh berbagai nilai ekonomi, namun didorong adanya motivasi serta semangat untuk menyebarkan ajaran serta agama Islam di Nusantara. Dalam pandangan Haji Abdul Karim Amrullah juga jalur perdagangan yang ada antara bangsa Indonesia dan bangsa Arab sudah terjadi dan berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.

  • Teori yang dikemukakan oleh Haji Abdul Karim Amrullah juga dapat dijadikan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang memiliki banyak kelemahan.
  • Hal tersebut membuatnya curiga terhadap berbagai prasangka penulis orientalis Barat yang seringkali cenderung untuk memojokkan agama Islam di Indonesia.
  • Menurut HAMKA terhadap penulis barat sendiri adalah, menurutnya dalam melakukan upaya yang sistematik dalam menghilangkan keyakinan beragam negeri Melayu mengenai hubungan rohani yang mesra yang terjadi antara mereka dengan tanah Arab yang menjadi sumber utama agama Islam yang ada di Indonesia dalam menimba ilmu serta ajaran agama.

Dalam kajiannya juga, Haji Abdul Karim Amrullah menyatakan pandangannya mengenai umat Islam yang ada di Indonesia secara langsung mendapatkan ilmu Islam dari orang pertama yaitu orang Arab, dan bukan hanya dari sekedar perdagangan. Pandangan HAMKA juga memiliki kemiripan dengan Teori Sufi yang dikemukakan oleh A.H.

Siapa yang paling berperan dalam penyebaran Islam di Jawa jelaskan?

KOMPAS.com – Besarnya Islam di Pulau Jawa hari ini tidak terlepas dari peranan wali songo. Para sunan atau disebut walisongo memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Dalam penyebaran Islam, mereka menggunakan berbagai cara, yakni kebudayaan, kesenian dan pendidikan. Hal-hal ini membuat Islam diminati dan berkembang di Pulau Jawa.

Siapakah tokoh penyebar agama Islam di Kalimantan?

Proses Islamisasi – Proses Islamisasi memerlukan beberapa strategi dan metode, supaya ajarannya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Kalimantan. Salah satunya adalah dengan berdakwah, seperti dilakukan oleh ulama Syarif Karim al-Makhdum, Khatib Dayyan, Syekh Husein (Tok Mangku), Tuan Tunggang Parangan, dan Datuk ri Bandang.

  • Mereka merupakan ulama besar yang berperan penting dalam proses Islamisasi di Kalimantan.
  • Selain melalui dakwah, proses islamisasi juga dapat ditempuh dengan jalur politik.
  • Biasanya, sasarannya adalah raja yang menguasai suatu wilayah.
  • Pengislaman raja dianggap sangat efektif karena akan diikuti oleh rakyatnya dan sekaligus mengubah pemerintahan menjadi bercorak Islam.

Beberapa raja di Kalimantan yang berhasil diislamkan adalah Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah), Raja Aji Mahkota (Raja Kutai Kertanegara), dan Panembahan Sorgi (Raja Sukadana) yang semuanya terjadi pada abad ke-16. Baca juga: Kerajaan Kutai Kartanegara: Sejarah, Raja-raja, dan Peninggalan Proses Islamisasi juga dapat dilakukan dengan perkawinan.

Misalnya dengan menikahi putri-putri dari kerajaan yang belum memeluk Islam. Contohnya adalah perkawinan putra Sultan Tengah (Raja Serawak dari Brunei) yang bernama Raden Sulaiman dengan Mas Ayu Bungsu (putri dari Ratu Sepudak, penguasa Sambas Hindu). Dari perkawinan itu, terjadi peralihan Sambas dari kerajaan bercorak Hindu-Buddha menjadi kerajaan bercorak Islam.

Ketika metode Islamisasi melalui dakwah, politik, dan pernikahan, telah berhasil, perjuangan dilanjutkan dengan jalan pendidikan. Pendidikan sangat penting dalam menanamkan pemahaman dan ajaran Islam kepada masyarakat yang belum memahami Islam secara mendalam.

Rahmadi. (2020). Membincang Proses Islamisasi di Kawasan Kalimantan dari Berbagai Teori, Banjarmasin: UIN Antasari.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.