Sebutkan Persiapan Yang Dilakukan Bangsa Aceh Untuk Melawan Portugis?

0 Comments

Sebutkan Persiapan Yang Dilakukan Bangsa Aceh Untuk Melawan Portugis
Perkembangan Aceh yang begitu pesat dipandang oleh Portugis sebagai ancaman. Oleh karena itu, Portugis berupaya untuk menghancurkan Aceh. Pada tahun 1523, Portugis melancarkan serangan ke Aceh. Di tahun selanjutnya, serangan kembali di lakukan Portugis, namun serangan tersebut mengalami kegagalan.

Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, Meriam dan prajurit. Mendatangkan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada tahun 1567. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara.

Jadi, jawaban yang tepat adalah B.

Bagaimana strategi yang dilakukan rakyat Aceh untuk melawan Portugis?

Sebutkan Persiapan Yang Dilakukan Bangsa Aceh Untuk Melawan Portugis pixabay.com Inilah Tempat-tempat di Indonesia yang Menjadi Sentra Rempah Bobo.id – Sebelum dijajah oleh Belanda, Indonesia mengalami penjajahan oleh bangsa Portugis, Ketika penjajahan oleh Portugis berlangsung di Indonesia, saat itu beberapa wilayah di Indonesia masih dipimpin oleh kerajaan -kerajaan.

Pada awal kedatangan Portugis ke Indonesia, hal ini masih disambut baik oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Baca Juga: Simak Penjelasan tentang Arti Perjuangan Masa Sekarang di Video Ini Namun sejak Malaka dikuasai oleh Portugis tahun 1511, terjadi persaingan dagang antara pedagang Portugis dan pedagang Indonesia, yang menyebabkan adanya perlawanan dari rakyat Indonesia.

Perlawanan rakyat Indonesia yang dilakukan oleh berbagai kerajaan ini disebabkan karena keberadaaan Portugis di Indonesia dianggap dapat menjadi ancaman bagi rakyat Indonesia. Yuk, ketahui perlawanan apa saja yang dilakukan oleh berbagai kerajaan di Indonesia untuk membuat Portugis keluar dari wilayah Indonesia! Baca Juga: Mengenal Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Hindu di Jawa Barat Perlawanan Kerajaan Aceh Terhadap Portugis Kerajaan Aceh adalah pihak yang melakukan perlawanan paling gigih di antara kerajaan lain di Indonesia.

Raja dari Kerajaan Aceh yang terkenal paling gigih melakukan perlawanan pada Portugis adalah Sultan Iskandar Muda. Saat itu, Sultan Iskandar Muda bersama Sultan Alu Mughayat Syah bersama-sama melakukan perlawanan terhadap Portugis yang menguasai wilayah Kerajaan Aceh. Perang dan perlawanan yang terjadi di Aceh ini dipicu oleh perebutan jalur perdagangan di Selat Malaka.

You might be interested:  Harga Iphone 5S Di Banda Aceh?

Baca Juga: Kebijakan Pemerintah Inggris di Indonesia pada Masa Kolonial di Berbagai Bidang Sebutkan Persiapan Yang Dilakukan Bangsa Aceh Untuk Melawan Portugis anoldent from Asheville, NC, USA, CC BY-SA 2.0 via Wikimedia Commons Ilustrasi kapal Nusantara Cara yang digunakan Kerajaan Aceh untuk melawan Portugis adalah dengan melengkapi kapal dagang yang digunakan dengan berbagai persenjataan dan prajurit perang.

Erajaan Aceh juga melakukan kerjasama dengan Kerajaan Demak, serta meminta persenjataan ke Turki, Inggris, hingga Gujarat. Namun perang ini tidak menghasilkan kemenangan bagi siapapun, karena Pelabuhan Malaka pada akhirnya diambil oleh Belanda. Baca Juga: Kenalan dengan Kerajaan Kutai, Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia Perlawanan Kerajaan Ternate Kerajaan Ternate juga melakukan perlawanan terhadap Portugis, yang dipimpin oleh Sultan Baabullah.

Kedatangan Portugis ke Maluku pada awalnya disambut baik dan Portugis membangun pos dagang di Ternate dan berharap Portugis bisa menjadi pembeli rempah-rempah dengan harga tinggi dari Ternate.

Sebagai persiapan melawan Portugis Aceh melakukan langkah-langkah antara lain pada tahun 1567?

Persiapan Aceh melawan Portugis – Sebagai persiapan melawan Portugis, Aceh melakukan langkah-langkah antara lain pada tahun 1567 mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli yang berasal dari Turki. Selain itu, berikut ini persiapan yang dilakukan Aceh untuk melawan Portugis di Malaka.

Melengkapi kapal-kapal dagangnya dengan senjata, prajurit, dan meriam Melakukan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Kalikut dan Jepara

Akan tetapi, perlawanan rakyat Aceh melawan Portugis hingga akhir abad ke-17 terus menemui kegagalan. Perjuangan rakyat Aceh kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda, yang berkuasa antara 1607-1639.

Adapun salah satu langkah Aceh dalam menghadapi serangan tersebut adalah meminta bantuan kepada?

Perlawanan Aceh terhadap Portugis. Sejak Portugis menduduki Malaka pada tahun 1511, Kerajaan Aceh merupakan saingannya yang terberat dalam perdagangannya. Sebab banyak pedagang Asia yang memindahkan kegiatan dagangnya ke Aceh. Pelabuhan Aceh bertambah ramai.

  • Ecuali itu, Aceh merupakan ancaman bagi kedudukan Portugis di Malaka.
  • Setiap waktu Aceh dapat menyerbu Malaka.
  • Persaingan dagang antara Portugis dan Kerajaan Islam Aceh makin lama makin meruncing.
  • Emudian meningkat menjadi permusuhan.
  • Bila armada Portugis berjumpa dengan patroli-patroli angkatan laut Aceh, terjadilah pertempuran di laut.

Pertempuran semacam itu tidak hanya terjadi di Selat Malaka, tetapi juga di lautan internasional, antara lain Laut Merah. Langkah-langkah Aceh melawan Portugis Untuk menghadapi Portugis, Sultan Aceh mengambil langkah-langkah sebagai berikut : 1. Kapal-kapal dagangnya yang berlayar disertai prajurit dengan perlengkapan meriam.2.

You might be interested:  Isi Plakat Pendek Yang Mengakhiri Perlawanan Aceh?

Meminta bantuan meriam serta tenaga ahlinya dari Turki. Bantuan dari Turki itu diperoleh pada tahun 1567.3. Meminta bantuan dari Jepara (Demak) dan Calicut (India). Sementara itu, Portugis mempunyai rencana terhadap Aceh sebagai berikut : 1. Menghancurkan Aceh dengan jalan mengepungnya selama 3 tahun.2.

Setiap kapal yang berlayar di selat Malaka akan disergap dan dihancurkan. Namun ternyata rencana Portugis tersebut tidak dapat terlaksana. Sebab Portugis tidak memiliki armada yang cukup untuk mengawasi Selat Malaka. Ternyata bukan Portugis yang berhasil menghancurkan kapal-kapal Aceh, tetapi sebaliknya kapal-kapal Acehlah yang sering mengganggu kapal-kapal Portugis di selat Malaka.

  •  Bahkan seringkali armada Aceh menyerang langsung ke markas Portugis di Malaka.
  • Hal itu terjadi antara lain pada tahun 1629, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
  • Namun demikian serangan-serangan Aceh itu belum berhasil.
  • Permusuhan antara Aceh dengan Portugis berlangsung terus menerus.
  • Edua pihak saling berusaha untuk menghancurkan, tetapi sama-sama tidak berhasil.

Sampai akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC (Belanda) pada tahun 1641. Baca kegigihan rakyat Aceh dalam melawan bangsa Barat di artikel Perlawanan Aceh terhadap VOC Setelah Indonesia merdeka Aceh menjadi daerah Istimewa yang memiliki wilayah tersendiri.

Langkah awal yang dilakukan Belanda dalam menumpas perlawanan perlawanan Aceh adalah?

Menyerang dari Dalam – Demi bisa menghancurkan pertahanan rakyat di daerah-daerah tersebut, kata Said, Belanda menggunakan dua cara: Pertama, menghancurkan perkampungan dan pelabuhan dengan tembakan meriam dari kapal-kapal perang mereka. Kedua, mengangkat orang-orang yang mudah diperalat untuk menjalankan siasat pecah belah.

Mengenai cara yang kedua, para penjajah ini telah menjalankannya selama bertahun-tahun sebelum dimulainya Perang Aceh Pertama. Salah satunya melalui Sultan Mahmud dari Kesultanan Deli. Ia yang bersedia menandatangani perjanjian politik dengan Belanda, pada 22 Agustus 1862, menjadi jalan bagi Belanda untuk melancarkan rencananya.

Deli menjadi batu loncatan bagi mereka menguasai daerah-daerah di sekitar pusat Kerajaan Aceh. Dari wilayah milik Sultan Deli tersebut, Belanda berhasil melebarkan kekuasaannya ke daerah Asahan dan Pulau Kampai. Dijelaskan Anthony Reid dalam Asal Mula Konflik Aceh: dari Perebutan Pantai Timur Sumatera Hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19, bersedianya Deli membantu Belanda tidak lain karena wilayah mereka telah lama diusik oleh Aceh.

  1. Sehingga datangnya orang-orang Eropa ini menjadi harapan Deli menjauhkan Aceh dari wilayahnya.
  2. Deli mencari perlindungan dari serangan Aceh, sedangkan Serdang tidak dapat menentukan mana yang tidak terlalu buruk dari kedua yang buruk itu,” ujar Reid.
  3. Selain Sultan Deli, seorang Minangkabau bernama Raja Burhanuddin diikutkan juga dalam pengumpulan infromasi tentang Aceh.
You might be interested:  Budaya Aceh Yang Unik?

Menurut Anthony Reid, Raja Burhanuddin tercatat sebagai pegawai tetap Belanda di Batavia. Mula-mula ia pergi ke Serdang, menyamar sebagai haji dan pedagang. Tugasnya menghentikan keterlibatan Tanah Batak ke dalam Perang Aceh. “Provokasi yang dilancarkan oleh Burhanuddin, bahwa Aceh hendak memaksa Batak masuk Islam, ternyata tidak mempan.

  • Terus terang dijawab oleh raja-raja Batak, bahwa mereka tidak ingin memusuhi Aceh.
  • Baru mereka bersedia melawan siapapun kalau mereka diserang, sebelum itu tidak percaya provokasi Belanda,” tulis Said.
  • Gagal di Tanah Batak, Raja Burhanuddin melanjutkan perjalannya ke Barus, baru ke Aceh Besar.
  • Hampir selama 25 hari pegawai tetap Belanda ini berada di Aceh, ia sudah mendapat begitu banyak informasi untuk dilaporkan.

Raja Burhanuddin berkesimpulan bahwa kekuasaan yang disiapkan di banyak daerah hanya ditujukan bagi penjagaan lokal, tidak untuk bergabung dengan pasukan utama Aceh. Upaya memasuki wilayah Aceh rupanya datang juga dari penduduk asing. Menurut Said, beberapa tahun sebelum penyerangan Belanda, ada seorang Tionghoa yang datang dari Penang telah berhasil mendekati Sultan Mansur Sjah di ibukota.

Untuk persiapan melawan Portugis pada tahun 1567 Aceh melakukan langkah-langkah antara lain mendatangkan bantuan persenjataan sejumlah tentara dan para ahli dari?

Persiapan Aceh melawan Portugis – Sebagai persiapan melawan Portugis, Aceh melakukan langkah-langkah antara lain pada tahun 1567 mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli yang berasal dari Turki. Selain itu, berikut ini persiapan yang dilakukan Aceh untuk melawan Portugis di Malaka.

Melengkapi kapal-kapal dagangnya dengan senjata, prajurit, dan meriam Melakukan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Kalikut dan Jepara

Akan tetapi, perlawanan rakyat Aceh melawan Portugis hingga akhir abad ke-17 terus menemui kegagalan. Perjuangan rakyat Aceh kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda, yang berkuasa antara 1607-1639.