Kesultanan Aceh Darussalam memiliki wilayah kekuasaan yang kaya akan sumber daya alam. Selain itu, wilayah Aceh yang terletak di sekitar selat Malaka sangat menguntungkan bagi kehidupan perekonomian kesultanan. Hal inilah yang mendorong Belanda ingin menguasai Kesultanan Aceh Darussalam.
Contents
Apa yang menyebabkan Belanda ingin menguasai Aceh?
Tujuan Traktat Sumatera 1871 – Pembuatan dan penandatanganan Traktat Sumatera 1871 menjadi upaya Belanda menguasai daerah Aceh, yang dinilai sangat strategis dalam perdagangan internasional. Belanda sangat ingin menguasai Aceh, karena saat itu Terusan Suez telah dibuka pada 1869.
Hal ini berarti Belanda bisa mendapat akses keluar masuk Selat Malaka dengan mudah melalui Aceh, yang mana posisinya dekat dengan Selat Malaka. Baca juga: Perlawanan Aceh Terhadap Bangsa Barat Jika Belanda menguasai Aceh, maka jaminan atas kesuksesan perdagangannya akan semakin tinggi. Selain itu, keuntungan Belanda dalam ranah perdagangan pun akan semakin besar.
Tidak hanya untuk memperluas daerah kekuasaan Belanda, Traktat Sumatera 1871 juga digunakan sebagai jalan tengah untuk menghindari konflik kekuasaan atau adanya perselisihan antara Belanda dengan Inggris.
Apakah Aceh banyak menghasilkan lada?
Lada Aceh – Tak hanya di Jambi, Aceh juga terkenal dengan produksi lada dan perdagangan internasionalnya. Pada abad ke 17, Aceh menjadi pusat perdagangan lada terbesar di dunia. Diawali oleh Kapten Carnes dari Kota Salem, Massachusetts, Amerika yang tidak sengaja datang di Aceh pada tahun 1793.
- Baca juga: Mengembalikan Kejayaan Lada Bangka Belitung.
- Situs resmi New England Historical Society, mengatakan Kota Salem menjadi salah satu negara langganan yang mengambil lada terbanyak dari Aceh.
- Meski awalnya Kapten Carnes tidak memberitahukan informasi lada di Aceh, ternyata banyak kapal lain yang secara diam-diam mengikutinya dan berhasil berlabuh di Aceh.
Hasil panen lada dari Aceh dibawa dan dijual ke seluruh Amerika. Skala besar hasil lada Aceh yang berhasil dibawa oleh kapal Amerika dijual ke Eropa dengan laba yang besar, mencapai 700 persen. Bahkan sampai saat ini lambang Kota Salem terdapat pakaian tradisional Aceh yang sedang menunggu kapal dengan latar belakang kapal yang berlayar.
Apa fungsi lada?
Lada atau merica merupakan rempah yang umum digunakan dalam masakan. Namun, manfaat lada tak terbatas untuk melezatkan hidangan saja, tetapi juga baik untuk kesehatan tubuh. Lantas, apa saja manfaat lada bagi kesehatan? Tumbuhan yang bernama latin Piper nigrum ini banyak tumbuh di negara-negara Asia. Lada mengandung zat kimia yang disebut piperin. Piperin inilah yang diduga memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti mengurangi rasa sakit dan peradangan, serta membantu mengatasi diare, malaria, dan sakit perut.
Dari mana asal merica?
Lada (Piper nigrum L.) atau sahang merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan Provinsi Kalimantan Timur, yang memegang peran strategis dalam perekonomian masyarakat di wilayah ini. Sejak zaman Hindia Belanda lada sudah menyebar di Kalimantan Timur dan merupakan salah satu daerah sentra pembudidayaan lada di Asia Tenggara.
- Jenis tanaman lada ini oleh masyarakat setempat disebut varietas lokal, yang mempunyai ciri khas dapat berbuah hampir sepanjang tahun.
- Lada Kalimantan Timur, mulai ditanam di daerah Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara pada era tahun 1960-1970 bersama dengan proyek jalan Kalimantan (perlintasan jalan Samarinda-Balikpapan).
Di daerah tersebut lada mulai ditanam secara intensif oleh kaum pendatang, orang Bugis yang dating dari Sulawesi Selatan. Asal-usul lada local tersebut sampai saat ini belum secara jelas diketahui. Namun, dari penuturan para sesepuh kampung di Muara Badak, konon sejak nenek moyang mereka bermukim sudah ada lada.
Populasi lada yang ada di Kalimantan Timur diduga dibawa oleh pedagang Arab bersamaan dengan penyebaran lada di Sumatra dan Jawa (Purseglove,1982). Saat ini, yang dikenal dengan lada lokal Kalimantan Timur (lada Malonan 1), banyak dibudidayakan di Loa janan, terutama desa Batuah, mulai dari km 17 sampai km 33.
Lada yang berkembang di desa Batuah, kecamatan Loa janan, Kabupaten KutaiKartanegara (dulu Kab. Kutai), mulai ditanam pada tahun 1976 oleh seorang petani bernama Wahab Ukas. Pria asal Bone, Sulawesi Selatan, menanam lada di dusun Karya Makmur, Desa Batuah yang kala itu penduduknya masih jarang.
Benih lada yang digunakan berasal dari Muara Badak yang dibawa oleh keluarganya. Warga Batuah bertambah karena pendatang dari Bone dan Soppeng, Sulawesi Selatan. Pada tahun 1980, panen raya pertanaman lada milik Wahab Ukas telah mengantarnya ke tanah suci. Beberapa tahun kemudian keberhasilan Wahab Ukas, diikuti oleh puluhan penduduk Batuah lainnya, dan nyata mengantarkan mereka menunaikan ibadah haji ketanah suci, menopang pendapatan keluarga serta mengantar anak-anak mereka menjadi sarjana.
Sejak saat itu, lada Malonan 1 terus berkembang di Loa Janan, bahkan menyebar ke daerah sekitar Loa Janan, seperti Samboja dan daerah lain di Kab. Penajam Paser Utara, seperti Sepaku dan Semoi. Komponen Mutu Lada Malonan 1 1. Kadar minyakAtsiri (%) · Lada putih :2,35 · Lada hitam :2,61 · Lada enteng :2,90 2.
Sejak kapan lada digunakan?
Asal-usul lada dikenal di dunia – Sebetulnya tak diketahui pasti kapan dan siapa penemu lada pertama kali. Namun demikian, dalam buku “Sehat Dengan Rempah dan Bumbu Dapur” karya Made Astawan terbitan Kompas Penerbit Buku disebutkan bahwa tanaman lada telah dibudidayakan sejak lama. UNSPLASH/ Christina Rumpf Ilustrasi lada putih dan lada hitam. Sejak saat itu, lada mulai dikenal oleh masyarakat. Bahkan pada abad pertengah, lada menjadi rempah-rempah penting sekaligus raja dalam dunia perdagangan. Di wilayah Genua dan Venesia, lada bahhkan dijadikan sebagai sumber kekayaan, layaknya emas dan permata. Baca juga: Apa Itu Lada? Penyedap Wajib dalam Masakan Indonesia
Apa tujuan terjadinya perang Aceh?
Penyebab terjadinya Perang Aceh – Perang Aceh terjadi karena keinginan Belanda untuk menguasai Aceh, yang kedudukannya semakin penting baik dari segi strategi perang maupun jalur perdagangan sejak Terusan Suez dibuka pada 1869. Pada 17 Maret 1824, Inggris dan Belanda menyepakati tentang pembagian wilayah jajahan di Indonesia dan Semenanjung Malaya yang dikenal dengan Traktat Sumatera.
- Salah satu sebab terjadinya Perang Aceh yaitu adanya politik ekspansi Belanda karena Traktat Sumatera yang isinya menyebutkan bahwa Inggris memberikan izin kepada Belanda menguasai Sumatera.
- Dalam kesepakatan disebutkan bahwa Belanda tidak dapat mengganggu kemerdekaan Aceh.
- Akan tetapi, pada praktiknya Belanda tetap berusaha melancarkan serangan terhadap daerah Aceh yang jauh dari ibu kota.
Sultan Aceh pun semakin waspada dan bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Kekhawatiran Aceh semakin meningkat saat Inggris dan Belanda menandatangani Traktat Sumatera pada 1871. Menurut perjanjian itu, Belanda diberi kebebasan untuk mengadakan perluasan wilayah di seluruh Sumatera, termasuk Aceh yang selama ini tidak dapat diganggu kedaulatannya.
Apa faktor penyebab terjadinya Perang Aceh?
Penyebab terjadinya Perang Aceh – Perang Aceh terjadi karena keinginan Belanda untuk menguasai Aceh, yang kedudukannya semakin penting baik dari segi strategi perang maupun jalur perdagangan sejak Terusan Suez dibuka pada 1869. Pada 17 Maret 1824, Inggris dan Belanda menyepakati tentang pembagian wilayah jajahan di Indonesia dan Semenanjung Malaya yang dikenal dengan Traktat Sumatera.
- Salah satu sebab terjadinya Perang Aceh yaitu adanya politik ekspansi Belanda karena Traktat Sumatera yang isinya menyebutkan bahwa Inggris memberikan izin kepada Belanda menguasai Sumatera.
- Dalam kesepakatan disebutkan bahwa Belanda tidak dapat mengganggu kemerdekaan Aceh.
- Akan tetapi, pada praktiknya Belanda tetap berusaha melancarkan serangan terhadap daerah Aceh yang jauh dari ibu kota.
Sultan Aceh pun semakin waspada dan bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Kekhawatiran Aceh semakin meningkat saat Inggris dan Belanda menandatangani Traktat Sumatera pada 1871. Menurut perjanjian itu, Belanda diberi kebebasan untuk mengadakan perluasan wilayah di seluruh Sumatera, termasuk Aceh yang selama ini tidak dapat diganggu kedaulatannya.
Apa latar belakang terjadinya perang di Aceh?
Latar Belakang Perang Aceh – Perang Aceh terjadi karena keinginan Belanda menguasai wilayah Kesultanan Aceh yang menjadi sangat penting setelah Terusan Suez dibuka. Sebelum Perang Aceh terjadi, Belanda berhasil menguasai wilayah Kesultanan Deli, mulai dari Langkat, Asahan, hingga Serdang melalui Perjanjian Siak tahun 1858.
- Padahal, wilayah-wilayah tersebut sebenarnya masuk ke dalam kekuasaan Kesultanan Aceh.
- Sebelumnya, merujuk pada Perjanjian London 1824, Belanda harusnya mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh atas wilayah-wilayahnya.
- Namun, dengan adanya Perjanjian Siak dan masuknya Belanda ke beberapa wilayah Aceh, membuat Kesultanan Aceh geram dan menuding Belanda melanggar Perjanjian London 1824.
Baca juga: Sebab Khusus Terjadinya Perang Aceh Sejak saat itu ketegangan pun meningkat. Kesultanan Aceh menenggelamkan setiap kapal milik Belanda yang melintas di perairannya. Berikutnya pada tahun 1871, Belanda dan Inggris terlibat perjanjian yang isinya antara lain Inggris menyerahkan urusan di Aceh kepada Belanda.