Aceh – Pada 20 September 1953, pemberontakan DI/TII terjadi di Aceh dan dipimpin oleh Daud Beureueh. Daud Beureueh merupakan pemimpin sipil, agama, dan militer di Aceh. Pemberontakan yang terjadi di Aceh sendiri berawal dari adanya pernyataan proklamasi terkait berdirinya NII di bawah kuasa Kartosuwiryo.
Pada waktu itu, Provinsi Aceh memang masih melebur ke Provinsi Sumatera Utara yang beribu kota di Medan. Keputusan peleburan ini sendiri dianggap tidak menghargai jasa baik yang sudah dilakukan masyarakat Aceh sewaktu berjuang mempertahankan kedaulatan NKRI pada masa revolusi. Kekesalan Daud juga semakin memuncak karena Presiden Soekarno pernah berjanji bahwa Aceh boleh menerapkan syariat Islam dan tetap menjadi salah satu provinsi di Indonesia pada 1948.
Daud merasa seperti dibohongi oleh Presiden Soekarno sehingga ia memutuskan melakukan pemberontakan dan menyatakan diri bergabung dengan DI/TII yang dipelopori Kartosuwiryo. Meskipun berjalan cukup pelik, pemberontakan DI/TII di Aceh mampu diselesaikan dengan cara musyawarah pada 1962.
Dijk, C. van (Cornelis). (1981). Rebeliion under the banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia. Den Haag: M. Nijhoff.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
KOMPAS.com – Pada 1950, terjadi peristiwa pemberontakan besar di Sulawesi Selatan, yang disebut Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakkar, yang memimpin Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). KGGS adalah kelompok gerilyawan di Sulawesi Selatan.
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan berlangsung sejak 1950 hingga 1965. Kahar Muzakkar membagi aksi pemberontakan ke dalam dua periode, yakni 1950-1952 dan 1953-1965. Lantas, apakah penyebab terjadinya pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan yang terjadi pada tahun 1951 di bawah pimpinan Kahar Muzakkar? Baca juga: Penumpasan Pemberontakan DI/TII
Contents
Bagaimana akhir dari pemberontakan DI TII di Aceh?
Upaya Penyelesaian – Perlawanan yang digerakkan oleh Daud ini menuntut diberikannya hak otonom untuk Aceh. Melihat hal tersebut, pemerintah tidak tinggal diam, mereka segera mengambil tindakan untuk menghentikan Pemberontakan DI/TII di Aceh. Pemerintah pusat memiliki dua jalur dalam upaya penyelesaian pemberontakan tersebut, yaitu dengan upaya militer dan diplomasi.
- Operasi Militer dilakukan dengan menyelenggarakan Operasi 17 Agustus dan Operasi Merdeka.
- Sedangkan cara diplomasi diterapkan dengan mengirim utusan ke Aceh untuk bercengkrama dengan Daud Beureueh.
- Setelah melewati proses yang cukup panjang, permasalahan ini akhirnya berakhir dengan jalan damai.
- Pemerintah pusat memutuskan untuk memberikan hak otonomi kepada Aceh sebagai provinsi yang disebut Daerah Istimewa Aceh dan diizinkan menerapkan syariat Islam.
Pada tanggal 18-22 Desember 1962, digelar upacara besar bertajuk Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh (MKRA) di Aceh sebagai tanda perdamaian. Pemberontakan DII/TII di Aceh akhirnya dapat diselesaikan dengan cara musyawarah. Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan
Apa itu peristiwa Aceh 1990?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Operasi militer Indonesia di Aceh 1990–1998 | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Konflik di Aceh | ||||||
Lokasi Aceh di Indonesia | ||||||
|
/td>
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
Tentara Nasional Aceh (TNA) Laskar Inöng Balè
Operasi militer Indonesia di Aceh 1990-1998 atau juga disebut Operasi Jaring Merah adalah operasi kontra-pemberontakan yang diluncurkan pada awal 1990-an sampai 22 Agustus 1998 melawan gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh,
Apa contoh konflik vertikal?
Berikut ini yang termasuk contoh konflik vertikal adalah a. tumbangnya Orde Lama oleh Orde Baru b. konflik antara buruh dan majikan c. tawuran antarpelajar d. konflik antarfraksi politik e. konflik antara bagian pemasaran dan bagian produksi.
Menurut keterangan diatas apa penyebab Aceh melakukan pemberontakan?
Liputan6.com, Jakarta Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945, terus menuai cobaan. Persatuan dan kesatuan bangsa yang baru seumur jagung, harus menghadapi rongrongan perpecahan dari sejumlah wilayah yang tidak puas dengan kinerja pemerintahan pusat, Jakarta.
Salah satu daerah yang menyatakan ketidakpuasannya terhadap kebijakan pemerintah pusat kala itu adalah Aceh. Tepat hari ini, 66 tahun yang lalu atau 20 September 1953, tokoh kenamaan Aceh Daud Beureueh memproklamirkan diri sebagai bagian Negara Islam Indonesia (NII) di bawah kepemimpinan Imam Besar Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Pembentukan NII dideklarasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya. Dalam pergerakannya, gerakan NII disebut dengan Darul Islam (DI) sedangkan para tentaranya disebut Tentara Islam Indonesia (TII). Dikutip dari sejumlah sumber, Daud yang dikenal sebagai tokoh sipil, militer sekaligus agama berhasil menggiring opini publik untuk melakukan pemberontakan dan melawan pemerintah pusat.
- Daud Beureueh yang merupakan Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh berhasil mempengaruhi banyak pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie.
- Di bawah komandonya, NII Aceh berhasil mengusai sebagian besar daerah Aceh termasuk beberapa kota.
- Pemberontakan NII Aceh dilandasi kekecewaan para tokoh Aceh karena Provinsi Aceh digabung dengan Provinsi Sumatra Utara.
Peleburan itu dianggap sebagai sebuah penghianatan dan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Indonesia (1945-1950). Sejarawan Belanda Cornelis Van Dijk menyebutkan, kekecewaan Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah dokumen rahasia dari Jakarta.
Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh, Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara Indonesia.
Pemberontakan DI/TII Aceh berlangsung sembilan tahun. Sekitar Desember 1962, pemerintah menumpas kelompok pemberontak ini lewat perundingan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang diprakarsai Panglima Komando Militer I Sultan Iskandar Muda Kolonel M Jassin.
Apa latar belakang terjadinya pemberontakan DI TII di Aceh?
KOMPAS.com – Pada tanggal 20 September 1953 telah terjadi Pemberontakan DI/TII di Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh, Daud Beureueh merupakan seorang pemimpin sipil, agama, dan militer di Aceh pada masa perang Agresi Militer Belanda I. Pemberontakan DI TII di Aceh diawali dengan adanya pernyataan proklamasi terkait berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di bawah imam besar Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Kapan pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai?
Pemberontakan DI /TII di Aceh dimulai pada tanggal 20 September 1953. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Daud Beureueh, proklamasi itu menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dibawah kepemimpinan Imam Besar NII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Apa latar belakang konflik di Aceh?
Latar belakang Konflik dan Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) – Secara umum Latar belakang Konflik di aceh yang paling jelas adalah Perbedaan budaya antara Aceh dan banyak daerah lain di Indonesia. Disamping itu, banyak kebijakan sekuler dalam administrasi pada masa Presiden Soeharto (Orde Baru) sangat tidak disukai di Aceh, di mana banyak tokoh Aceh tidak menyukai kebijakan pemerintahan Orde Baru yang mempromosikan satu “budaya Indonesia”.
|
Bendera Gerakan Aceh Merdeka |
Selain itu, Kecenderungan sistem sentralistik pemerintahan Soeharto dan berbagai permasalahan lainnya akhirnya mendorong tokoh Aceh Hasan di Tiro (Teungku Hasan Muhammad di Tiro) untuk membentuk Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada tanggal 4 Desember 1976 dan memproklamasikan kemerdekaan Aceh.
Permasalahan utama yang dianggap melatarbelakangi hal ini adalah budaya pemerintah Indonesia yang dianggap “neo-kolonial”, dan makin banyaknya jumlah transmigran dari pulau Jawa ke provinsi Aceh serta Distribusi pendapatan yang tidak adil dari sumber daya alam yang diambil dari Aceh. Pada awalnya, gerakan ini terdiri dari sekelompok intelektual yang merasa kecewa atas model pembangunan di Aceh.
Hal ini terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan di bawah orang-orang Jawa. Kelompok intelektual ini berpendapat bahwa telah terjadi kolonialisasi Jawa atas masyarakat dan kekayaan alam tanah Aceh. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, kalangan pemuda, serta tokoh-tokoh agama di Aceh, Hasan di Tiro kemudian membuat gagasan anti-kolonialisasi Jawa.
Gagasan Hasan Tiro ini semakin memuncak setelah pemerintah orde baru meng-eksplorasi kekayaan gas alam dan minyak bumi di Aceh Utara pada awal 1970an. Sebab lain terjadinya gerakan separatisme GAM di Aceh, di perkuat oleh dukungan yang datang dari para tokoh Darul Islam (DI) di Aceh yang belum terselesaikan secara tuntas di zaman orde lama.
beberapaTokoh DI/TII yang gagal melakukan pemberontakan di Aceh, merasa bahwa dengan memberikan dukungan terhadap GAM, nantinya Aceh dapat memperoleh kemerdekaannya.
Apa akibat dari pemberlakuan Dom di Aceh?
Jalannya Konfil / Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka – Pada awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas. Deklarasi GAM yang dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara diam-diam disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie.
- Setahun kemudian, teks tesebut disebarluaskan dalam versi tiga bahasa; Inggris Indonesia, dan Aceh.
- Penyebaran naskah teks proklamasi GAM ini terungkap ketika salah seorang anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977.
- Sejak itulah, pemerintahan orde baru mengetahui tentang pergerakan bawah tanah di Aceh.
Banyak pemimpin GAM merupakan pemuda dan profesional berpendidikan yang merupakan anggota kelas ekonomi menengah dan golongan kaya masyarakat Aceh. Kabinet pertama GAM, yang dibentuk oleh Di Tiro di Aceh antara tahun 1976-1979, beranggotakan beberapa tokoh sebagai berikut:
Teungku Hasan di Tiro:Wali Negara, Menteri Pertahanan, dan Panglima Agung Dr Muchtar Hasbi: Wakil Presiden, Menteri Dalam Negeri Teungku Ilyas Leube: Menteri Kehakiman Dr Zaini Abdullah: Menteri Kesehatan Dr Husaini M. Hasan: Menteri Pendidikan dan Informasi Malik Mahmud: Menteri Luar Negeri Dr Zubir Mahmud: Menteri Sosial Amir Mahmud Rasyid: Menteri Perdagangan Teungku Muhamad Usman Lampoih Awe: Menteri Keuangan Amir Ishak: Menteri Komunikasi Dr Asnawi Ali: Menteri Pekerjaan Umum dan Industri
Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang merupakan pemegang saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL adalah operator ladang gas Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Pada saat itu jumlah pasukan yang dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas.
|
Tentara Wanita dari Gerakan Aceh Merdeka dengan Panglima GAM Abdullah Syafi’i, 1999 |
Pada akhir tahun 1979, tindakan penekanan yang dilakukan militer Indonesia telah memukul telak GAM, para komandan GAM banyak yang berakhir di dibunuh, pengasingan, atau dipenjara. pengikut GAM lantas tercerai berai, bersembunyi dan melarikan diri.