Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297.
Contents
Siapa Meurah Silue?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sultan Malikussaleh | |
---|---|
Sultan Samudera Pasai | |
Lahir | Meurah Silu ? |
Wafat | 1297 |
Anak | }} |
Agama | Islam |
Sultan Malikussaleh adalah sultan pertama Kesultanan Samudera Pasai, Ia memerintah mulai tahun 1267, Sultan Malikussaleh satu-satunya raja yang bisa membaca Al-quran pada abad 13 dahulu. Maka, beliau mulanya bernama Meurah Silu akhirnya bergelar Malikkussaleh yang artinya Malik yang saleh.
Ia adalah keturunan dari Sukee Imeum Peuet. Sukee Imeum Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat maharaja/ meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh pra-Islam, diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan Peureulak di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan Kerajaan Jeumpa di Bireuen, Syahir Poli (Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan Sama Indra di Pidie dan Syahir Nuwi yang mendirikan Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar,
Nama Malikussaleh kini diabadikan sebagai Bandar Udara Malikus Saleh dan Universitas Malikussaleh (UNIMAL) di Kota Lhokseumawe,
Kenapa Meurah Pupok dipenggal?
Ia melaporkan bahwa istrinya telah ditiduri putra mahkota, Meurah Pupok. Perwira itu membunuh istrinya, lalu bunuh diri di depan Sultan Iskandar Muda. Atas peristiwa ini, Sultan Iskandar Muda berjanji akan menegakkan hukum dengan adil.
Siapa dan sejarah kepemimpinan Sultan Malikussaleh?
Malikussaleh merupakan raja kerajaan Islam pertama di Aceh menjadi ikon peradaban masyarakat yang adil sejalan dengan konsep syariah. Kesultanan Malikussaleh, sering disebut kerajaan Samudera Pasai dibentuk oleh Meurah Silu sebagai raja Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (659-688 H/1261-1289 M).
Apa nama gelar dari Meurah Khair?
Kerajaan ini terletak dipesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah Khair. Ia bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078).
Apa itu Marah Silu?
Kerajaan Samudra Pasai – Kerajaan Samudra Pasai atau yang juga dikenal sebagai Kesultanan Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara. Belum banyak hal yang diketahui tentang kerajaan yang ini, namun Hikayat Raja-Raja Pasai serta catatan dari perjalanan Ibnu Batutah menjadi bukti atau lebih tepat disebut sebagai rujukan mengenai adanya ataupun eksistensi dari kerajaan atau Kesultanan Pasai tersebut.
Beberapa makam raja ditemukan, bahkan beberapa koin juga di dalam kaitannya catatan-catatan itu.Kerajaan Islam ini berdiri saat pengaruh dari Kerajaan Majapahit sedang di saat tinggi-tingginya, sehingga bisa untuk dimaklumi jika penemuan yang mana menggambarkan atau memperlihatkan mengenai eksistensi atau aktivitas kerajaan ini tidak banyak yang bisa ditemukan.
Kerajaan Islam ini sendiri diduga berdiri sekitar tahun 1200-an hingga pada 1521 diserbu oleh Portugis yang mana sebagai rangkaian dari usaha dalam mengamankan perdagangan Selat Malaka. Kesultanan Pasai jika dilihat di jaman sekarang terletak di wilayah utara Provinsi Aceh.
Lebih tepatnya lokasi tersebut ada di sekitar kota Lhokseumawe. Posisi dari kerajaan ini sebenarnya sangat strategis. Hal itu mengingat Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional Cina-India. Maka Pasai berusaha untuk meningkatkan pengaruhnya pada bidang perdagangan. Jatuhnya Malaka pada tahun 1511 pun menjadi berkah untuk kerajaan ini yang disinggahi oleh para pedagang Islam, meskipun Samudra Pasai pun sepuluh tahun kemudian akhirnya jatuh ke tangan Portugis.
Pendiri dari Kesultanan Pasai adalah Marah Silu yang mempunyai gelar Sultan Malik as-Saleh di tahun 1267. Marah Silu dicatat sebagai pengganti penguasa yang sebelumnya. Tapi, dalam Hikayat Raja-Raja Pasai dan Ibnu Batutah tercatat jika Marah Silu adalah raja pertama Pasai.
Siapakah anak Sultan Iskandar Zulkarnain yang menjadi nenek moyang orang Minang?
Berada di arah tenggara Gunung Marapi Sumatera Barat, sebuah perkampungan nan elok membentang dengan menebarkan pesona alam dan kearifan lokalnya. Perkampungan tersebut dikenal dengan nama Pariangan, berada di daerah pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, sebuah nagari atau daerah pemerintahan setingkat desa yang biasa dikenal dengan sebutan Nagari Tuo.
Bukan tanpa alasan mengapa daerah itu disebut dengan nama Nagari Tuo, berdasarkan tambo yang berangkat dari tradisi lisan masyarakat Minangkabau, disebutkan bahwa Pariangan merupakan daerah pertama yang menjadi permukiman di masa dahulu. ‘Dari mano asa titiak palito, di baliak telong nan batali, dari mano asa niniak moyang kito, Dari lereang Gunuang Marapi’.
Sekilas, pantun tersebut menceritakan bahwa asal usul nenek moyang masyarakat adalah dari daerah lereng Gunung Marapi. Selain itu, di dalam tambo atau cerita rakyat itu juga disebutkan bahwa nenek moyang masyarakat Minangkabau berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain.
- Versi tambo menceritakan bahwa Sultan Iskandar Zulkarnain memiliki tiga orang anak, yaitu Sultan Suri Maharajo Dirajo, Sultan Maharajo Alif dan Sultan Maharajo Depang.
- Dalam perjalanan, ketiganya berpisah dan Sultan Suri Maharajo Dirajo bersama pengikutnyalah yang akhirnya berlayar hingga tiba di daerah Gunung Marapi.
Tempat mereka pertama kali bermukim itulah nantinya yang menjadi cikal bakal dari keberadaan Nagari Pariangan. Sejarah Pariangan Dalam Perspektif Arkeologis Lain dengan versi tambo, peninggalan arkeologis yang ada di Pariangan mengindikasikan bahwasanya di daerah tersebut sudah mulai eksis sejak zaman zaman sebelum Islam, terutama sejak zaman Hindu Budha.
Arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Utara, Taufiqurrahman Setiawan mengatakan daerah Pariangan cukup potensial dalam menyimpan peninggalan sejarah dari zaman praislam. Salah satu tinggalan arkeologi di daerah itu yang masih dapat disaksikan adalah keberadaan Prasasti Pariangan yang berada di daerah Biaro, tidak jauh dari Masjid Ishlah.
Menurut dia, kedatangannya ke Pariangan bersama beberapa peneliti berangkat dari rekomendasi dan laporan yang sebelumnya disampaikan oleh pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar. Pada rekomendasi itu disebutkan bahwa pada salah satu daerah di Pariangan, tepatnya daerah Biaro pernah ditemukan bata hasil pembakaran yang diduga merupakan bagian dari struktur bangunan sebagai tempat pemujaan.
Setelah melakukan ekskavasi atau penggalian selama beberapa hari pada kawasan yang diduga tempat keberadaan struktur tersebut, pihaknya baru menemukan beberapa pecahan bata dan gerabah. Setidaknya terdapat dua kotak penggalian yang disiapkan untuk mengumpulkan temuan tersebut, akan tetapi berdasarkan temuan yang ada, menurutnya belum dapat menjadi titik awal untuk melakukan penggalian lebih lanjut.
Sekalipun demikian, setelah melakukan ekskavasi sejak tanggal 11 hingga 18 September itu, tidak tertutup kemungkinan di masa yang akan datang penelitian tersebut akan dilanjutkan dengan melakukan penggalian pada titik yang berbeda.
Siapakah Sultan Aceh yang merajam anak sendiri karena berzina?
Iskandar Muda adalah raja yang adil dan bijaksana dalam memimpin. Salah satu yang membuktikan hal itu adalah dia rela sekaligus tega merajam anak kandungnya sendiri, Meurah Pupok, karena berzina.
Siapa Sultan Aceh sekarang?
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berziarah ke makam Sultan terakhir Aceh, Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (13/12/2021). SERAMBINEWS.COM – Inilah sosok Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah, sultan ke-35 atau sultan terakhir Aceh.