Karena banyaknya perlawanan dari orang orang aceh. dan sangat sulit untuk mengusir para penjajah.
Contents
- 0.1 Mengapa perang di Aceh dapat berlangsung cukup lama?
- 0.2 Mengapa Perang Aceh menjadi perang terlama yang dihadapi oleh Belanda?
- 1 Bagaimana cara Belanda agar bisa segera memadamkan perang di Aceh?
- 2 Apakah Aceh tidak pernah dijajah?
- 3 Apa yang menyebabkan terjadinya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis?
Mengapa perang di Aceh dapat berlangsung cukup lama?
1. Perang Aceh berlangsung lama dan berlarut-larut disebabkan karena faktor agama (Islam) yang telah lama tertanam dalam hati sanubari rakyat Aceh dengan Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan hukumnya. Snouck Hurgronje berpandangan bahwa salah satu faktor sulitnya menaklukan Aceh dikarenakan kokohnya sendi agama Islam dalam kehidupan masyarakat di ” Tanah Rencong”.
Mengapa Perang Aceh menjadi perang terlama yang dihadapi oleh Belanda?
Kerasnya perjuangan rakyat Aceh dan kurangnya informasi Belanda tentang daerah Aceh membuat Perang Aceh menjadi perang melawan kolonialisme Barat yang paling lama dan sulit dihadapi Belanda.
Bagaimana cara Belanda agar bisa segera memadamkan perang di Aceh?
Untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh, Belanda menerapkan strategi devide et impera atau memecah belah dan mengadu domba. Strategi tersebut dilakukan dengan cara memecah belah persatuan antara golongan uleebalang dan ulama. Sehingga akhirnya perlawanan rakyat Aceh berhasil dilemahkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, jawaban yang tepat adalah D. – Untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh, Belanda menerapkan strategi devide et impera atau memecah belah dan mengadu domba. Strategi tersebut dilakukan dengan cara memecah belah persatuan antara golongan uleebalang dan ulama. Sehingga akhirnya perlawanan rakyat Aceh berhasil dilemahkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, jawaban yang tepat adalah D.
Bagaimana jalannya Perang Aceh?
Jalannya Perlawanan Rakyat Aceh – Aceh sudah melakukan beberapa persiapan untuk menghadapi perang ini. Misalnya membangun pos-pos pertahanan, peningkatan jumlah pasukan, dan pasokan senjata. Tentara Belanda menginjakkan kaki di Serambi Mekah pada tanggal 5 April 1873.
- Pasukan Aceh yang terdiri atas para ulebalang, ulama, dan rakyat tidak mudah ditundukkan.
- Pasukan Aceh dibawah pimpinan Teuku Imeum Lueng Bata kemudian melawan tentara Belanda pimpinan Kohler untuk memperebutkan Masjid Raya Baiturrahman.
- Dalam pertempuran tersebut, Kohler terbunuh.
- Dengan demikian gagal-lah serangan tentara Belanda yang pertama.
Kemudian pada 9 Desember 1873 Belanda melakukan serangan yang kedua dipimpin oleh J. van Swieten. Masjid Raya Baiturrahman dan Istana Sultan jatuh ke tangan Belanda. Meski demikian, rakyat Aceh tidak menyerah begitu saja. Di seluruh Aceh dikobarkan Perang Sabilillah.
- Para pemimpin perang antara lain adalah Tengku Cik Di Tiro, Panglima Polim, dan Tuanku Hasyim.
- Gerakan pasukan Teuku Umar juga banyak berpengaruh pada jalannya perlawanan.
- Setelah Teuku Umar gugur pada 1899, perlawanan dilanjutkan Cut Nyak Dien.
- Tokoh lainnya yang berperan dalam Perang Aceh adalah Habib Abdurrahman, Teungku Mahyidin Tiro, dan Cuk Nyak Mutia.
Teuku Umar. Foto: rindamiskandarmuda.mil.id Serangan Belanda makin brutal. Satu per satu pemimpin perlawanan rakyat Aceh menyerah atau terbunuh. Teuku Umar terdesak ke Meulaboh dan akhirnya gugur pada tahun 1899. Panglima Polim menyerah pada tahun 1903, demikian pula dengan Sultan Muhamad Daudsyah.
Pengakuan kedaulatan Belanda atas daerahnya.
Berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan negara-negara asing.
Patuh kepada Pemerintahan Belanda.
Apakah Aceh tidak pernah dijajah?
“DEMI Allah! Polim masih hidup! Bait hidup! Imam Longbata hidup! Sultan Daud Hidup! Tuanku Hasyim hidup! Menantuku, Teuku Majet di Tiro masih hidup! Anakku Cut Gambang masih hidup! Ulama Tanah Abee hidup! Pang La’ot hidup! Kita semua masih hidup! Belum ada yang kalah! Umar memang telah syahid! Marilah kita meneruskan pekerjaannya! Untuk agama! Untuk kemerdekaan bangsa kita! Untuk Aceh! Allahu Akbar!” Begitu Cut Nyak Dien menggelorakan semangat rakyat Aceh untuk terus menghunus rencong melawan Belanda meski Teuku Umar telah gugur.
Namun, Cut Nyak akhirnya menyerah kepada Belanda pada 1900-an awal. Saat itulah Aceh baru benar-benar jatuh ke tangan Belanda. Aceh menjadi wilayah Nusantara terakhir yang jatuh ke tangan penjajah. Bila dikatakan Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun, Aceh secara utuh dijajah Belanda kurang dari 50 tahun.
Bila di buku-buku pelajaran sejarah dikatakan Indonesia dijajah selama 350 tahun, orang Aceh akan berkata, “Oh itu Jawa, bukan Aceh.” Kita semua termasuk anak-anak sekolahan tahu dan hafal Perang Jawa atau Perang Diponegoro terjadi selepas Magrib, pukul 18.25-18.30, plesetan dari tahun 1825-1830.
- Akan tetapi, mungkin cuma segelintir yang paham Perang Jawa itu perang antara penguasa dan pemberontak.
- Belanda penguasa dan Diponegoro pemberontak.
- Perang Aceh perang dua negara berdaulat, yakni negara Aceh dan negara Belanda.
- Bila kita saksikan bagaimana Cut Nyak Dien menggelorakan perlawanan rakyatnya kepada Belanda, jelas semangat keacehan dan keislaman yang menjadikan Aceh bertahan begitu lama dari upaya penaklukkan oleh penjajah.
Keacehan dan keislaman dalam fase sejarah berikutnya disertai semangat keindonesiaan, kebangsaan, dan nasionalisme. Bireuen, Aceh, pernah menjadi ibu kota negara pada 1948 selama sepekan. Pun orang Aceh patungan, mengumpulkan uang secara bersama-sama, untuk membeli pesawat pertama Republik.
Justru pemerintah pusat pada satu masa mengabaikan Aceh. Pada 1950-an Aceh turun status dari provinsi menjadi keresidenan bagian provinsi Sumatra Utara. Inilah yang membuat Daud Beureueh memberontak. Pemberontakan ‘diteruskan’ Gerakan Aceh Merdeka dan berlangsung hingga masa reformasi. Pemberontakan membuat Aceh mendapat perlakuan khusus secara politik dan militer.
Pun secara ekonomi, terutama semasa Orde Baru, rakyat Aceh merasa terdiskriminasikan. Aceh begitu kaya alamnya, tetapi miskin rakyatnya. Saat menjadi presiden, Gus Dur mengintroduksi syariat Islam di Aceh. Ganjil bin ajaib tokoh pluralisme sekaliber Gus Dur mengizinkan penerapan syariat Islam.
Zaini Abdullah, tokoh GAM, waktu itu mengatakan Gus Dur melakukan itu untuk meredam perlawanan GAM. Padahal, GAM gerakan etnonasionalisme yang memperjuangkan keacehan atau nasionalisme Aceh, bukan keislaman. Toh, syariat Islam akhirnya berlaku di Aceh dan semakin luas penerapannya. Yang penting, jangan sampai penerapan syariat Islam menjadikan Aceh terasing dari keacehannya sendiri dan keindonesiaan.
Tsunami 2004 membuka jalan bagi perdamaian di Aceh. GAM menjadi partai lokal. Beberapa partai lokal lain lahir.
Apa saja faktor penyebab terjadinya pertempuran di Aceh?
KOMPAS.com – Perang Aceh terjadi sejak tahun 1873 hingga 1904, antara rakyat Aceh melawan Belanda. Selama tiga dekade, perang antara Kesultanan Aceh dan Belanda terbagi ke dalam empat periode, yaitu:
Periode pertama (1873-1874), dipimpin oleh Sultan Muhammad Syah Periode kedua (1874-1880), Sultan Muhammad Syah terbunuh dan Belanda berkuasa Periode ketiga (1881-1896), dipimpin oleh Teuku Umar Periode keempat (1886-1910), melakukan strategi perang gerilya secara kelompok maupun perorangan
Penyebab terjadinya Perang Aceh adalah ambisi Belanda untuk menguasai seluruh Nusantara. Karena pada masa itu, Aceh menjadi salah satu wilayah yang sangat sulit ditaklukkan. Di samping itu, ada sebab khusus yang melatarbelakangi Perang Aceh. Baca juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Bagaimana jalannya Perang Aceh?
Jalannya Perlawanan Rakyat Aceh – Aceh sudah melakukan beberapa persiapan untuk menghadapi perang ini. Misalnya membangun pos-pos pertahanan, peningkatan jumlah pasukan, dan pasokan senjata. Tentara Belanda menginjakkan kaki di Serambi Mekah pada tanggal 5 April 1873.
- Pasukan Aceh yang terdiri atas para ulebalang, ulama, dan rakyat tidak mudah ditundukkan.
- Pasukan Aceh dibawah pimpinan Teuku Imeum Lueng Bata kemudian melawan tentara Belanda pimpinan Kohler untuk memperebutkan Masjid Raya Baiturrahman.
- Dalam pertempuran tersebut, Kohler terbunuh.
- Dengan demikian gagal-lah serangan tentara Belanda yang pertama.
Kemudian pada 9 Desember 1873 Belanda melakukan serangan yang kedua dipimpin oleh J. van Swieten. Masjid Raya Baiturrahman dan Istana Sultan jatuh ke tangan Belanda. Meski demikian, rakyat Aceh tidak menyerah begitu saja. Di seluruh Aceh dikobarkan Perang Sabilillah.
Para pemimpin perang antara lain adalah Tengku Cik Di Tiro, Panglima Polim, dan Tuanku Hasyim. Gerakan pasukan Teuku Umar juga banyak berpengaruh pada jalannya perlawanan. Setelah Teuku Umar gugur pada 1899, perlawanan dilanjutkan Cut Nyak Dien. Tokoh lainnya yang berperan dalam Perang Aceh adalah Habib Abdurrahman, Teungku Mahyidin Tiro, dan Cuk Nyak Mutia.
Teuku Umar. Foto: rindamiskandarmuda.mil.id Serangan Belanda makin brutal. Satu per satu pemimpin perlawanan rakyat Aceh menyerah atau terbunuh. Teuku Umar terdesak ke Meulaboh dan akhirnya gugur pada tahun 1899. Panglima Polim menyerah pada tahun 1903, demikian pula dengan Sultan Muhamad Daudsyah.
Pengakuan kedaulatan Belanda atas daerahnya.
Berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan negara-negara asing.
Patuh kepada Pemerintahan Belanda.
Apa yang menyebabkan terjadinya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis?
Pembahasan – Penyebab peperangan Aceh dengan Portugis adalah keinginan Portugis untuk menghancurkan Aceh yang berkembang pesat setelah Portugis menguasai Malaka dan para pedagang memindahkan jalur perdagangannya ke Aceh. Hal ini diangggap Portugis sebagai ancaman sehingga mereka melancarkan serangan pada tahun 1523 dan 1524 namun tidak berhasil menguasai Aceh.
- Aceh juga menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629 namun tidak berhasil mengusir Portugis.
- Penyebab perang Aceh antara Aceh dengan Belanda adalah penandatanganan Traktat Sumatera antara Belanda dengan Inggris yang memberi kesempatan kepada Belanda untuk mengintervensi Kesultanan Aceh.
- Permintaan Belanda agar Aceh mengakui kedaulatan Belanda di Aceh ditolak mentah-mentah sehingga Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873.
Perang Aceh berlangsung sekitar tahun 1873 sampai 1904. Walaupun Belanda berhasil menguasai Kesultanan Aceh, namun perlawanan rakyat Aceh tetap terjadi sampai mendekati Perang Dunia II.