Mengapa Perang Aceh Begitu Lama?

0 Comments

Mengapa Perang Aceh Begitu Lama
Karena banyaknya perlawanan dari orang orang aceh. dan sangat sulit untuk mengusir para penjajah.

Apa yang menyebabkan Perang Aceh berlangsung sangat lama?

1. Perang Aceh berlangsung lama dan berlarut-larut disebabkan karena faktor agama (Islam) yang telah lama tertanam dalam hati sanubari rakyat Aceh dengan Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan hukumnya. Snouck Hurgronje berpandangan bahwa salah satu faktor sulitnya menaklukan Aceh dikarenakan kokohnya sendi agama Islam dalam kehidupan masyarakat di ” Tanah Rencong”.

Siapa pemimpin dalam Perang Aceh?

Periode – Perang Samalanga pertama pada tanggal 26 Agustus 1877. Panglima akbar Belanda, Mayor Jenderal Karel van der Heyden kembali ke pasukannya setelah memperoleh perawatan pada matanya yang tertembak Perang Aceh Pertama (1873-1874) dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler.

Köhler dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, dimana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873, Sepuluh hari belakang, perang berkecamuk di mana-mana. Yang paling akbar masa menduduki kembali Masjid Raya Baiturrahman, yang dibantu oleh beberapa kumpulan pasukan. Mempunyai di Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, sampai Lambada, Krueng Raya.

Beberapa ribu orang juga berdatangan dari Teunom, Pidie, Peusangan, dan beberapa wilayah lain. Perang Aceh Kedua (1874-1880). Pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten. Belanda berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Januari 1874, dan menjadi sebagai pusat pertahanan Belanda.

  1. Pada 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa semua Aceh berlaku bidang dari Kerajaan Belanda,
  2. Etika Sultan Machmud Syah wafat 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indrapuri,
  3. Perang pertama dan kedua ini adalah perang total dan frontal, dimana pemerintah sedang berlanjut mapan, meskipun ibu kota negara berpindah-pindah ke Keumala Dalam, Indrapuri, dan tempat-tempat lain.
You might be interested:  Tari Saman Dari Aceh Memiliki Gerakan Yang?

Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi sabilillah, Dimana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1903. Dalam perang gerilya ini pasukan Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima Polim dan Sultan.

Strategi apa yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda dalam mengalahkan kekuatan perlawanan rakyat Aceh?

Strategi yang digunakan pemerintah Belanda dalam menghadapi perlawanan rakyat Aceh ialah dengan melakukan strategi Devide Et Impera atau ‘politik pecah belah’ sehingga membuat perlawanan menjadi lemah dan pemerintah Belanda dapat dengan mudah menaklukan perlawanan rakyat Aceh.