Kapan Berdirinya Kesultanan Aceh?

0 Comments

Kapan Berdirinya Kesultanan Aceh
Mensen zoeken ook naar Sultanaat Mataram 1587 Sultanaat Bantam 1526 Sultanaat Demak 1475

Kapan Kesultanan Aceh dibuat?

Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam Kesultanan Aceh Darussalam adalah sebuah kerajaan bercorak agama Islam yang berada di provinsi Aceh, Republik Indonesia. Kesultanan Aceh berlokasi di utara dari pulau Sumatera dengan ibu kota kerajaan di Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya yaitu Sultan Ali Mughayat Syah yang naik takhta pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.

Dalam sejarah kerajaan yang panjang itu dari tahun 1496 – 1903, Aceh mengembangkan sebuah pola dan sistem terhadap pendidikan militer negaranya, dengan komitmen kerajaan dalam menentang imperialisme dari bangsa Eropa, memiliki sebuah sistem pemerintahan kerajaan yang teratur dan sistematik, mewujudkan adanya pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

Beberapa kerajaan di pulau sumatra lainnya seperti Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Awal Mula Berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam Kesultanan Aceh dibuat oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada awalnya kerajaan Aceh ini berdiri diatas wilayah dari Kerajaan Lamuri, kemudian Kerajaan Aceh berhasil menundukan dan menyatukan beberapa wilayah disekitar kerajaannya mencakup daerah Daya, Pedir, Lidie, Nakur.

Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Kesultanan Samudra Pasai sudah menjadi bagian dari Kesultanan Aceh diikuti dengan wilayah Aru. Pada tahun 1528, Sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh anaknya yang bernama Salahuddin, yang kemudian memerintah hingga tahun 1537. Kemudian Sultan Salahuddin digantikan oleh saudaranya yang bernama Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar melalui sebuah kudeta, sultan ini memerintah hingga tahun 1571.

Setelah wafatnya Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar terus melanjutkan perjuangan. Beberapa kali melakukan serangan kejohor dan terus menjalin persahabatan dengan sejarah kerajaan islam di indonesia lainnya terutama yang berada di pulau jawa.

You might be interested:  Garis Lantai Yang Digunakan Pada Tari Seudati Dari Aceh Adalah?

Kapan Kesultanan Aceh Darussalam terjadi?

Kejayaan di Era Sultan Iskandar Muda – Kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Dalam buku Aceh Serambi Mekkah (2008) disebutkan, saat Sultan Iskandar Muda memegang kekuasaan, Aceh merupakan pusat pendidikan dan mencapai puncak kejayaan dengan pesat.

Di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh Darussalam melakukan penaklukan ke berbagai wilayah.Kesultanan Aceh juga menguasai sektor perdagangan dan punya bandar niaga yang disinggahi para saudagar dari berbagai bangsa di dunia. Kehidupan masyarakat Aceh menjadi lebih makmur. Kesultanan Aceh menjadi pengekspor hasil bumi, misalnya beras, lada, rempah-rempah, dan lain-lain.

Sementara untuk aktivitas impor, Kesultanan Aceh mendatangkan kain dari Koromendal (India) porselen dan sutera dari Jepang dan Cina, serta minyak wangi dari Eropa maupun Timur Tengah. Kemakmuran Kesultanan Aceh membuatnya menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa, terutama Portugis.

Beberapa kali terjadi konfrontasi antara Aceh dengan Portugis yang didukung Kerajaan Johor yang ada di Semenanjung Malaya. Portugis berambisi menaklukkan Aceh agar bisa menguasai jalur perdagangan Selat Malaka dan daerah-daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda enggan bernegosiasi dengan bangsa-bangsa Barat.

Ia menolak permintaan pembelian lada yang ada di pesisir Sumatera bagian barat dari Inggris dan Belanda. Sayangnya, Kesultanan Aceh Darussalam mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda mangkat pada 1636. Menurut laman Kemendikbud, kemunduran ini akhirnya membuat Kesultanan Aceh hancur secara perlahan.

Bagaimana masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam?

Era Kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam – Kesultanan Aceh Darussalam mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda atau Sultan Meukuta Alam pada 1607-1636 M. Iskandar Muda adalah seorang pemimpin yang tegas terhadap penjajah untuk melindungi wilayah dan rakyatnya.

  1. Suatu hari, Raja James I dari Inggris meminta kepada Sultan Iskandar Muda agar diperbolehkan berdagang di wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam.
  2. Permohonan itu tertulis dalam surat berangka tahun 1615 masehi.
  3. Namun, Sultan Sultan Iskandar Muda dengan tegas menolak.
  4. Ia paham betul mengenai misi Inggris di Aceh, yakni ingin menguasai seluruh sumber daya yang ada.
You might be interested:  Tari Bungong Jeumpa Yang Berasal Dari Aceh Memiliki Arti?

Penolakan serupa dialami pula oleh Portugis dan Belanda yang ingin menanamkan pengaruh di bumi Serambi Mekah. Berada di bawah komando Sultan Iskandar Muda, Aceh memiliki kekuatan militer yang kuat. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Selain itu, kesejahteraan rakyatnya terbilang makmur.

  1. Menurut buku Aceh Sepanjang Abad (1981) tulisan Mohammad Said, di masa itu Kesultanan Aceh Darussalam mencoba merangkul negeri-negeri dan pelabuhan sekitar Selat Malaka agar jangan sampai tergoda dengan bujukan bangsa-bangsa asing.
  2. Dari sisi perdagangan, harga hasil bumi tidak dipatok rendah untuk menyokong perekonomian kerajaan.

Di samping itu, dibangun pula bandar dagang utama didirikan dan dilakukan pengawasan untuk pergerakan orang-orang asing. Luasnya wilayah kekuasaan di era Sultan Iskandar Muda meliputi negeri sekitar Semenanjung Malaya, termasuk Johor, Malaka, Pahang, Kedah, Perak, sampai Patani (Thailand bagian selatan).

  1. Sebagian besar Sumatera juga telah dikuasai.
  2. Itu semua tidak lepas dari penaklukkan yang dilakukan Kesultanan Aceh Darussalam.
  3. Angkatan perangnya, terutama angkatan laut, telah dilengkapi kapal-kapal canggih di masanya.
  4. Apal-kapal perang ini memiliki meriam yang siap dimuntahkan ketika bertemu musuh.
  5. Angkatan darat memiliki puluhan ribu prajurit, pasukan kuda, dan pasukan gajah.

Kekuatan Kesultanan Aceh Darussalam kala itu sangat diperhitungkan. Portugis sudah menyerah lebih lebih dahulu. Belanda yang datang kemudian, akhirnya memilih wilayah lain seperti Jawa dan Maluku. Inggris pun demikian yang semakin sulit masuk ke Aceh. Padahal, sebelumnya Kerajaan Inggris telah menjalin relasi baik dengan Kesultanan Aceh di masa sebelumnya.