PROFIL KOTA – Kota Banda Aceh secara astronomis terletak antara 05°16’15” – 05°36’16” Lintang Utara dan 95°16’15” – 95°22’35” Bujur Timur dan memiliki luas wilayah 61,36 km2. Kota Banda Aceh memiliki batasan wilayah yang meliputi, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Besar.
- Ota Banda Aceh merupakan dataran rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan 70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut.
- E arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas permukaan laut.
- Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.
Daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi menjadi:
Dataran terdapat di pesisir pantai utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian Kecamatan Kuta Raja Pesisir pantai wilayah barat di sebagian Kecamatan Meuraxa.
Kondisi tanah yang umumnya terdapat di Kota Banda Aceh secara umum dan khususnya di daerah pesisir ini didominasi oleh jenis tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) dan Regosol dengan tekstur tanah antara sedang sampai kasar. Kepadatan penduduk Kota Banca Aceh yaitu 4.154 jiwa/km2.
Angka pertumbuhan penduduk Kota Banda Aceh cukup fluktuatif pada rentang waktu tahun 2006-2015 dengan rata-rata 2,67% per tahun. Konsentrasi kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kuta Alam dengan jumlah penduduk sebanyak 50.618 jiwa atau 15% dari jumlah penduduk Kota Banda Aceh. Dalam RPJMN 2015-2019, Kota Banda Aceh diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional untuk produksi pertanian, pariwisata, dan perikanan laut.
Kota Banda Aceh juga termasuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional KAPET Banda Aceh Darussalam. Potensi wisata yang terdapat di Kota Banda Aceh terdiri dari potensi wisata alam, wisata jejak historis bencana tsunami, wisata spiritual, serta wisata sejarah dan jejak purbakala.
Contents
Apa garis lintang Aceh?
Kota Banda Aceh secara astronomis terletak antara 05°16’15’ – 05°36’16’ Lintang Utara dan 95°16’15’ – 95°22’35’ Bujur Timur dan memiliki luas wilayah 61,36 km2.
Aceh termasuk negara apa?
Secara geografis Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) terletak pada 20 – 60 LU dan 950 – 980 BT. Berbatasan (laut) dengan India, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. Di sebelah Timur, Provinsi NAD berbatasan dengan laut dan darat dengan Provinsi Sumatera Utara.
- Luas wilayah Provinsi NAD adalah 57.365,57 km2 terdiri dari atas kawasan hutan lindung 26.440,81 km2, kawasan hutan budidaya 30.924,76 km2 dan ekosistem Gunung Leuser seluas 17.900 km2, dengan puncak tertinggi pada 4.446 di atas permukaan laut.
- Provinsi NAD memiliki 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau.
Mayoritas penduduk di Provinsi NAD memeluk agama Islam. Selain itu provinsi NAD memiliki keistimemawaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini berlaku Syariat Islam. Ibukota dan bandar terbesar di Provinsi NAD adalah Banda Aceh.
- Bandar besar lain adalah Sabang, Lhokseumawe, dan Langsa.
- Provinsi NAD secara administratif terdiri dari 18 Kabupaten dan 5 Kota, 228 Kecamatan, 629 Mukim, 5947 Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk sebanyak 4.163.250 jiwa.
- Provinsi NAD memiliki banyak aspek potensial, salah satu di antaranya adalah pariwisata.
Sejarah membuktikan bahwa Kesultanan Aceh merupakan salah satu dari lima besar dalam mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Situs-situs sejarah banyak ditemukan di seluruh wilayah Provinsi NAD. Potensi lainnya yang terdapat pada Provinsi NAD adalah hasil taninya yang meliputi padi dan palawija.
Apa nama ibu kota Banda Aceh?
Kota Banda Aceh adalah ibukota Provinsi NAD. Dahulu kota ini bernama Kutaraja, kemudian sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh. Sebagai pusat pemerintahan, Kota Banda Aceh yang telah berumur 803 tahun ini (berdasarkan Perda Aceh No.5/1988, tanggal 22 April 1205 ditetapkan sebagai hari jadi Kota Banda Aceh) menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Wilayah Kota Banda Aceh terletak di ujung Barat Pulau Sumatra, memiliki tinggi daratan rata-rata 0,80 meter dari permukaan laut membentang di antara 05° 16′ 15′ – 05° 36′ 16″ LU dan 95° 16′ 15″- 95° 22′ 35″ BT.
Di sebelah Utara, Kota Banda Aceh berbatasan dengan Selat Malaka, sedangkan disebelah Barat berbatasan dengan Samudra Indonesia dan di sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar. Kota Banda Aceh secara administratif terdiri dari 9 kecamatan dan 88 desa atau kelurahan.
Berapa bahasa yang ada di Aceh?
Di Aceh terdapat 13 suku. Masing-masing suku memiliki bahasa tersendiri. Otomatis jumlah bahasa daerah juga berjumlah 13 bahasa, yakni; bahasa Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon, dan Nias.
Berapa suku yang ada di Aceh?
Jakarta – Suku bangsa menjadi salah satu kekayaan dan keanekaragaman yang dimiliki Indonesia. Menurut indonesia.go.id, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa berdasarkan sensus BPS tahun 2010, termasuk di dalamnya suku bangsa Aceh. Suku bangsa di Aceh terbentuk dari berbagai suku, kaum, dan bangsa.
- Mulai dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochin Cina, hingga Kamboja.
- Selain itu banyak pula keturunan bangsa asing di tanah Aceh, bangsa Arab dan India dikenal erat hubungannya pasca penyebaran agama Islam di tanah Aceh.
- Lantas apa saja suku bangsa Aceh ? Berikut ini daftar 13 suku di Aceh dikutip dari situs resmi Pemerintah Provinsi Aceh.
Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli yakni:
1. Suku Aceh 2. Suku Tamiang 3. Suku Gayo 4. Suku Alas 5. Suku Kluet 6. Suku Julu 7. Suku Pakpak 8. Suku Aneuk Jamee 9. Suku Sigulai 10. Suku Lekon 11. Suku Devayan 12. Suku Haloban 13. Suku Nias
Meski dari masing-masing suku di atas terdapat adat dan bahasa yang berbeda-beda, namun tetap berdampingan dengan baik. Hal itu membuktikan kekayaan dan keanekaragaman Indonesia merupakan kekuatan persatuan.
Berapa garis bujur Medan?
Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Nama kantor wilayah tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan, sebelumnya bernama Kantor Wilayah II Direktorat Jenderal Anggaran Medan yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Keuangan No. KEP.405/MK/6/4/1975 dan telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No.337/KMK.01/1998, jo. No.54/KMK.01/ 1999 tanggal 10 Pebruari 1999,
Selanjutnya, dengan Keputusan Presiden Nomor 35, 36, dan 37 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK/2004 serta Nomor 303/KMK/2004, secara hukum terjadi peleburan pada unit-unit pengelola fungsi perbendaharaan yang kemudian bergabung menjadi satu nomenklatur baru yaitu Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai pengganti nama Direktorat Jenderal Anggaran yang ditandai dengan pelantikan seluruh pejabat Eselon II pada bulan Oktober 2004 yang merupakan titik awal sinergi organisasi baru tersebut sampai dengan saat ini.
Sebagai perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berkedudukan di Medan, Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara mempunyai peranan penting dalam rangka pencapaian keberhasilan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Tugas Pokok Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Perbendaharaan di wilayah kerjanya berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 214/ KMK.01/2005 tanggal 2 Mei 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara juncto Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Ditjen Perbendaharaan yakni :
- Melaksanakan penelaahan, pengesahan dan revisi dokumen pelaksanaan anggaran
- Pembinaan pelaksanaan anggaran
- Pembinaan penyaluran dana perimbangan
- Pembinaan pengelolaan kekayaan Negara
- Pembinaan perbendaharaan dan kas Negara
- Pembinaan dan pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.
- Evaluasi pelaksanaan anggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pelaksanaan keuangan negara yang diperintahkan Direktur Jenderal Perbendaharaan sesuai dengan Kebijakan Menteri Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kantor Wilayah memiliki fungsi sebagai berikut :
- Penelaahan, pengesahan dan revisi dokumen pelaksanaan anggaran serta penyampaian pelaksanaannya kepada instansi yang telah ditentukan
- Penelaahan dan penilaian keserasian antara dokumen pelaksanaan anggaran dengan pelaksanaan di daerah
- Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan dan penatausahaan anggaran
- Pemantauan realisasi pelaksanaan anggaran.
- Pembinaan teknis sistem akuntansi.
- Pelaksanaan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan pemerintah
- Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penyaluran dana perimbangan
- Pembinaan pengelolaan kekayaan negara dan penerimaan negara bukan pajak
- Pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
- Pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
- Pelaksanaan pengelolaan dana investasi dan pemberian pinjaman kepada daerah
- Pelaksanaan verifikasi atas pertanggungjawaban belanja program pensiun
- Pengawasan kewenangan dan pelaksanaan teknis perbendaharaan dan bendahara umum Negara
- Verifikasi dan penatausahaan pertanggungjawaban dana Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
- Pelaksanaan kehumasan.
- Pelaksanaan administrasi Kanwil Ditejen Perbendaharaan
Dalam rangka implementasi tugas dan fungsinya, Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara memiliki wilayah kerja yang tersebar pada 11 (sebelas ) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang terdiri dari :
- KPPN Medan I
- KPPN Medan II
- KPPN Tebing Tinggi
- KPPN Pematang Siantar
- KPPN Padang Sidimpuan
- KPPN Gunung Sitoli
- KPPN Rantau Prapat
- KPPN Tanjung Balai
- KPPN Sibolga
- KPPN Sidikalang
- KPPN Balige
Secara geografis Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° – 4° Lintang Utara dan 98° – 100° Bujur Timur, dengan Luas daratan 71.680 km².
Apa garis lintang Jawa Tengah?
Jawa Tengah terletak koordinat 5o 40′ dan 8o 30′ Lintang Selatan dan antara 108o 30′ dan 111o 30′ Bujur Timu (termasuk Kepulauan Karimunjawa).
Garis bujur dimana?
Jakarta – Apakah detikers pernah memperhatikan garis-garis yang ada di peta? Itu adalah garis khayal yang disebut garis lintang dan garis bujur, Penasaran garis lintang dan garis bujur digunakan untuk untuk apa? Yuk, simak penjelasannya. Dalam peta maupun globe, garis bujur dan garis lintang adalah komponen penting.
- Hal ini disebabkan karena kedua garis khayal tersebut adalah koordinat yang dapat menentukan letak suatu tempat atau lokasi.
- Sebelum mengetahui fungsi garis lintang dan garis bujur, mari ketahui pengertiannya terlebih dahulu.
- Apa yang dimaksud dengan Garis Lintang? Garis lintang adalah garis maya yang bentuknya melingkari bumi ditarik dari arah barat hingga timur, atau garis khayal yang berfungsi menentukan lokasi di bumi terhadap garis khatulistiwa.
Garis lintang 0 derajat disebut juga sebagai garis khatulistiwa atau garis ekuator, yang membagi bumi menjadi dua bagian sama besar antara belahan bumi selatan dan utara. Garis lintang terbagi menjadi dua, yaitu lintang utara dan lintang selatan. Garis Lintang Utara (LU) ada di sebelah utara khatulistiwa, lalu garis Lintang Selatan (LS) ada di sebelah selatan khatulistiwa.
- Apa yang dimaksud dengan Garis Bujur? Garis bujur adalah sebuah garis imajiner yang berbentuk lurus.
- Garis ini menghubungkan antara bumi dari kutub utara sampai kutub selatan.
- Garis bujur ini bentuknya mengikuti bentuk bumi yang bulat, sehingga garis bujur mempunyai besaran 360 derajat.
- Garis bujur juga terdiri dari dua garis, yaitu bujur barat dan bujur timur.
Garis bujur barat terletak di sebelah barat Greenwich dan garis bujur timur terletak di sebelah timur Greenwich. Sebenarnya tidak ada patokan khusus yang menjelaskan dasar penetapan bujur barat dan bujur timur. Namun berdasarkan Konferensi Meridian Internasional yang digelar di kota Greenwich Inggris pada 1884 Greenwich ditetapkan sebagai meridian utama universal atau disebut juga titik nol bujur.
- Jarak kedua garis bujur dari Greenwich sampai pada batas 180 derajat.
- Pada jarak itu, bujur barat dan bujur timur kembali bertemu.
- Pada perkembangannya, garis bujur inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan waktu di berbagai belahan dunia.
- Lalu, garis lintang dan garis bujur digunakan untuk apa sih? Garis lintang dan garis bujur sama-sama digunakan untuk menentukan lokasi absolut dari sebuah tempat, daerah, atau objek geografi tertentu.
Selain itu, masing-masing garis memiliki fungsi tersendiri. Fungsi garis lintang tak hanya untuk menunjukkan koordinat lokasi bersama garis bujur, tapi juga digunakan sebagai penanda dalam pemba gian zona iklim di bumi. Daerah tropis yang mendapat banyak matahari, memiliki rentang garis lintang antara 23 ½ ° LU – 23 ½ ° LS.
Berapa garis bujur Padang?
Designed by Freepik Apa fungsi garis lintang dan garis bujur pada peta? Bobo.id – Peta tidak hanya digunakan untuk menunjukkan arah, namun juga untuk melihat gambaran berbagai tempat yang ada di dunia, misalnya negara, sungai, lautan, atau pulau. Selain itu, ada berbagai jenis peta yang juga bisa kita lihat, seperti peta berbentuk kertas, peta berbentuk bola yang disebut globe, maupun peta yang berbentuk digital.
- Dalam peta, ada berbagai unsur yang merupakan keterangan dari peta itu.
- Misalnya menunjukkan jalan, sungai, atau pegunungan.
- Selain itu, dalam peta juga terdapat garis pembagian wilayah yang disebut juga sebagai garis bujur dan garis lintang,
- Baca Juga: Memahami Peta dan Arah yang Digunakan untuk Melakukan Perjalanan ke Lokasi Tujuan Kedua jenis garis ini adalah garis khayal atau garis imajiner yang membagi wilayah Bumi.
Garis lintang dan garis bujur memiliki fungsi yang berbeda baik dalam peta maupun di Bumi. Ketahui pengertian garis lintang dan garis bujur pada peta, serta fungsinya, yuk! Baca Juga: Definisi Sains, Berikut Ciri-ciri dan Apa yang Dilakukan Oleh Saintis Pengertian Garis Lintang dan Garis Bujur Garis lintang disebut juga sebagai latitude, yaitu garis imajiner yang melingkari Bumi.
Pada peta, garis lintang ini ditarik dari barat hingga ke bagian timur. Garis lintang ini juga digunakan untuk menentukan posisi Bumi yang ada pada garis khatulistiwa, yaitu bagian utara atau selatan. Inilah sebabnya, garis lintang diberi nama lintang utara (LU) dan lintang selatan (LS). Lintang utara dan lintang selatan digunakan untuk menunjukkan besaran sudut antara posisi lintang pada garis khatulistiwa.
Baca Juga: Sebab dan Akibat Jika Tidak Ada Persatuan dan Kesatuan, Materi Kelas 5 Tema 9 Subtema 3 Nah garis lintang ini berada pada posisi sudut 0 derajat garis khatulistiwa sampai dengan +90 derajat di bagian Kutub Utara dan -90 derajat di bagian Kutub Selatan.
Sedangkan garis bujur adalah garis imajiner yang ditarik dari bagian utara ke selatan, berbeda dengan garis lintang. Garis bujur disebut juga longtitude dan ada 360 garis bujur pada Bumi, yaitu 180 garis bujur timur dan 180 garis bujur barat. Jika pada garis lintang titik 0 derajatnya adalah pada garis khatulistiwa, maka berbeda pada garis bujur.
Lapangan Blang Padang Banda Aceh MILIK SIAPA⁉️Milik TNI atau Tanah Wakaf Masjid Raya Baiturrahman❓
Garis bujur memiliki titik nol derajat di Kota Greenwich, Inggris. Fungsi Garis Lintang dan Garis Bujur Kita sudah mengetahui apa itu garis lintang dan garis bujur yang ada di peta maupun yang ada di Bumi. Namun apa fungsi dari garis lintang dan garis bujur ini, ya? Sebenarnya, garis lintang dan garis bujur memiliki fungsi utama yang sama, yaitu untuk menentukan lokasi tepat dari sebuah tempat, maupun objek geografi tertentu.