Cari Jawaban Soal Kelas 5 Tema 7 Subtema 1: Apa Alasan Aceh dan Ternate Melakukan Perlawanan terhadap Portugis serta Siapa Pemimpin Perlawanan Itu? – Avisena Ashari – Selasa, 9 Maret 2021 | 10:52 WIB RaymondSutanto, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons Cari Jawaban Soal Kelas 5 Tema 7 Subtema 1: Apa Alasan Aceh dan Ternate Melakukan Perlawanan terhadap Portugis serta Siapa Pemimpin Perlawanan Itu? Bobo.id – Teman-teman, pada materi pelajaran kelas 5, tema 7, subtema 1, kita mempelajari tentang peristiwa kebangsaan masa penjajahan.
- Di antara berbagai peristiwa penting pada masa penjajahan, ada juga perlawanan bangsa Indonesia terhadap Portugis.
- Salah satunya, perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Ternate dan Aceh.
- Apa alasan rakyat Aceh dan Ternate melakukan perlawanan terhadap Portugis, ya? Kemudian, siapa pemimpin rakyat Aceh dan Ternate saat melakukan perlawanan terhadap Portugis dan bagaimana hasil perlawanan itu? Cari tahu kunci jawabannya, yuk! Baca Juga: Cari Jawaban Soal Kelas 5 Tema 7 Subtema 1: Apa Arti Gold, Glory, dan Gospel yang Menjadi Semboyan Penjelajah Eropa? Apa Alasan rakyat Aceh dan Ternate Melakukan Perlawanan terhadap Portugis? Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang datang ke Indonesia.
Bangsa Portugis tiba di Indonesia (Nusantara) pada 1511, tepatnya di wilayah Malaka. Alasan rakyat Aceh melakukan perlawanan terhadap Portugis adalah adanya persaingan dagang antara pedagang Portugis dengan pedagang Nusantara. Saat itu, pedagang dari Portugis ingin selalu menguasai perdagangan. Designed by macrovector / Freepik Ilustrasi penjelajahan bangsa Eropa abad pertengahan Baca Juga: Cari Jawaban Soal Kelas 5 Tema 7 Subtema 1: Apa Faktor yang Melatarbelakangi Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Samudra? Pemimpin Rakyat Aceh dan Ternate dalam Perlawanan terhadap Portugis Dalam perlawanan terhadap Portugis, rakyat Aceh dipimpin oleh: – Sultan Ali Mughayat Syah (pemimpin Kerajaan Aceh tahun 1514 – 1528) yang berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis. Pxhere Ilustrasi cengkih, salah satu rempah yang dicari bangsa Eropa Baca Juga: Cari Jawaban Kelas 5 Tema 7 Subtema 1: Mengapa Bangsa Eropa Ingin Menguasai Perdagangan Rempah-Rempah di Indonesia? Sementara, dalam perlawanan terhadap Portugis, rakyat Ternate dimpimpin oleh: – Sultan Hairun yang membuat Portugis terdesak.
Bagaimana terjadinya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis pada pertengahan abad ke-16?
Terjadi perlawanan rakyat aceh terhadap portugis pada pertengahan abad ke-16 karena adanya upaya Portugis dalam monopoli rempah-rempah dan menguasai perdagangan di Selat Malaka Pembahasan : Portugis pertama kali memulai penjajahannya di Nusantara saat menaklukkan kota Malaka, ibukota kesultanan Malaka di Semenanjung Malaya pada tahun 1511, dipimpin oleh Afonso d’Albuquerque.
- Emudian pada tahun berikutnya, 1512, Portugis mengirim armada ke Maluku, yang merupakan pusat perdagangan rempah-rempah dan tujuan utama penjelajahan Portugis.
- Egiatan Portugis yang melakukan penjajahan dan melakukan upaya monopoli rempah-rempah ini mendapat pertentangan, termasuk dari kerajaan Aceh.
Kesultanan Aceh yang berada di pulau Sumatera menjadi kekuatan besar dan pusat perdagangan di Selatn Malaka setelah jatuhnya kota Malaka kepada Portugis. Dengan posisinya ini, Aceh berusaha menyerang dan mengusir Portugis dari Malaka. Namun upaya ini terus mendapat kegagalan.
- Pada tahun 1569, pasukan laut Aceh berupaya menyerang Malaka, namun armada Aceh dihancurkan oleh Portugis di selat Malaka.
- Aceh juga berupaya mengusir Portugal dari kota Malaka pada tahun 1629, bekas ibukota kesultanan Malaka, namun serangpan ini gagal.
- Portugis baru bisa terusir dari Malaka oleh Belanda yang menaklukkan Malaka pada tahun 1641.
– Pelajari Lebih Lanjut 3 pertanyaan Perang Aceh! brainly.co.id/tugas/12654059 Detail Jawaban Kode: 11.3.1 Kelas: XII Mata Pelajaran: IPS/Sejarah Materi: Bab 1 – Bangsa Eropa di Indonesia Kata Kunci: Penjajahan Portugis di Indonesia, Perang Aceh
Bagaimana perlawanan rakyataceh terhadap Portugis?
Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Portugis – Pada tahun 1511 portugis berhasil menguasai Malaka. Kondisi ini menyebabkan perdagangan di monopoli oleh Portugis. Pedagang asing, khususnya pedagang Islam dilarang Berdagang di wilayah Malaka. Praktik monopoli yang diterapkan Portugis di Malaka sebenarnya memberi keuntungan bagi Aceh.
Bagaimana semangat rakyataceh untuk mengusir Portugis dari Aceh?
Jalannya Perlawanan Aceh Terhadap Portugis – Pada Tahun 1523 melancarkan serangan dibawah pimpinan Henrigues dan diteruskan oleh de Sauza pada tahun berikutnya. Namun perlawanan yang dilakukan selalu menemui kegagalan. Maka, untuk melemahkan Aceh, Portugis melancarkan serangan dengan mengganggu kapal-kapal dagang Aceh.
- Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India),
- Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa pedagang muslim di Jawa,
- Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang cukup baik dan prajurit yang tangguh,
- Meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.
Semangat rakyat Aceh untuk mengusir Portugis dari Aceh sangatlah besar. Puncaknya adalah pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Sultan Iskandar Muda mencoba menambah kekuatan dengan melipatgadakan kekuatan pasukannya, angkatan laut diperkuat dengan kapal-kapal besar yang berisi 600-800 prajurit, pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda Persia, menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri.
Perlawanan terus dilakukan. Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus tetapi sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641. VOC bermaksud membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin menghidupkan kembali kegiatan perdagangan seperti yang pernah dialami Malaka sebelum kedatangan Portugis dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841). Pada saat Iskandar Thani memimpin Aceh masih dapat mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan Safiatuddin 91641–1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak mempertahankan kebesarannya.