Faktor Yang Mempengaruhi Kejayaan Kerajaan Aceh?

0 Comments

Faktor Yang Mempengaruhi Kejayaan Kerajaan Aceh
Faktor-faktor yang mendorong berkembangnya kerajaan Aceh antara lain:

  1. Letaknya yang strategis,
  2. Aceh, dengan pelabuhannya, olele, memiliki persyaratan yang baik untuk pelabuhan dagang,
  3. Daerah pedalaman Aceh menghasilkan banyak lada sebagai bahan ekspor yang penting.

Apa yang dimaksud dengan kejayaan Kerajaan Aceh?

Masa Kejayaan Kerajaan Aceh – Seperti yang kita ketahui, Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam besar yang berdiri di Nusantara. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1496 Masehi, lokasinya berada di Aceh (sekarang Provinsi Aceh). Sebagai sebuah kerajaan, Kerajaan Aceh pernah mengalami masa kejayaan dan keruntuhan.

Dalam artikel ini, kita sama-sama akan mengulas tentang masa kejayaan Kerajaan Aceh secara lengkap dan singkat. Kejayaan Kerajaan Aceh terjadi saat kerajaan dipimpin oleh raja yang bernama Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1636 Masehi. Kejayaan ini ditandai dengan beberapa peningkatan yang meliputi bidang ekonomi, perdagangan, politik, hubungan internasional, militer/armada perang, dan perkembangan agama Islam.

Peningkatan dan perkembangan Kerajaan Aceh membuat kekuasaan portugis di Malaka terdesak. Baca Juga :

Sumber Sejarah Kerajaan Aceh Lengkap 7 Sebab Terjadinya Perang Aceh

Bagaimana perkembangan ekonomi Kerajaan Aceh?

Jakarta – Kerajaan Aceh merupakan sejarah Kerajaan Islam di Indonesia yang berdiri di provinsi Aceh. Kerajaan Aceh disebut juga Kesultanan Aceh. Kesultanan Aceh didirikan oleh Ali Mughayat pada 1496 M. Pada awalnya Kesultanan Aceh sudah ada lebih awal dari Samudera Pasai.

  1. Setelah mengambil alih Samudera Pasai pada 1524 M, Kesultanan Aceh menjadi penguasa baru di wilayah Aceh.
  2. Berikut ini 5 Fakta Kerajaan Aceh yang telah dirangkum detikTravel: 1.
  3. Sejarah Kerajaan Aceh Awal mula berdirinya Kerajaan Aceh yaitu pada 1496 yang berdiri di wilayah Kerajaan Lamuri yang lebih dulu ada.
You might be interested:  Raja Raja Aceh Yang Melakukan Perlawanan Terhadap Portugis Serta Pencapaiannya?

Kemudian Kerajaan Aceh melakukan perluasan wilayah dengan menundukan beberapa wilayah di sekitar kerajaan, seperti wilayah Kerajaan Dayak, Kerajaan Pedir, Kerajaan Lidie, dan Kerajaan Nakur. Pada Kerajaan Aceh, pemimpin tertinggi berada pada penguasaan Sultan.

Namun pada saat itu Kerajaan Aceh banyak dikendalikan oleh orang kaya. Dalam cerita Aceh, disebutkan ada Sultan yang diturunkan dari jabatannya yang bernama Sultan Sri Alam pada 1579 karena perilakunya yang membagikan harta kerajaan pada pengikutnya. Lalu digantikan oleh Sultan Zainal Abidin, namun Sultan Zainal terbunuh setelah beberapa bulan dinobatkan.

Hal ini disebabkan karena sifatnya yang kejam dan memiliki kecanduan dalam hal berburu. Setelah peristiwa terbunuhnya Sultan Zainal, digantikan oleh Alaiddin Riayat. Namun pada kepemimpinanya ia melakukan penumpasan terhadap orang kaya yang berlawanan pada sistem kepemimpinannya.

Masa kejayaan Kesultanan Aceh terjadi pada kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada 1607-1636. Aceh berhasil menaklukan Wilayah Pahang, karena wilayah tersebut merupakan sumber utama timah. Selanjutnya pada 1629, Kesultanan Aceh melakukan perlawanan, dengan menyerang Portugis di wilayah Malaka. Upaya ini dilakukan untuk melakukan perluasan dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu, namun ekspedisi ini gagal.2.

Kondisi Perekonomian Kerajaan Aceh terletak di jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan Selat Malaka. Kerajaan Aceh fokus pada laju perkembangan ekonomi pada bidang perdagangan. Pada saat pemerintahan Sultan Alaudin Riayat, Aceh mengalami perkembangan menjadi Bandar utama di Asia bagi para pedagang mancanegara seperti, Belanda, Inggris, Arab, Persia dan Turki.

Dagangan utama yang diperdagangkan dari Aceh yaitu lada, beras, barang tambang seperti, timah, perak, emas, lalu ada rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Serta di wilayah Aceh terdapat pedagang mancanegara yang menawarkan barang dagangan, dalam hal ini bisa disebut terjadi proses impor. Misalnya produk porselin dan sutera yang dibawa dari Jepang dan China.3.

You might be interested:  Ucapan Apa Kabar Dalam Bahasa Aceh?

Kondisi Kehidupan Politik Akibat jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, banyak pedagang muslim yang kemudian mengalihkan kegiatan perdagangan ke Pelabuhan Aceh. Karena itu Aceh menjadi kerajaan besar yang ditunjang oleh kemampuan militer dan ekonomi yang kuat.

Bagaimana sejarah pemerintahan Kerajaan Aceh?

Sejarah Berdirinya Kerajaan Aceh – Setelah melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie, Pada tahun 1530, Sultan Ali Mughayat Syah mendirikan Kerajaan Aceh. Pada tahun 1564, Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568). Sultan Alaudin al-Kahar menyerang kerajaan Johor dan berhasil menangkap Sultan Johor, tapi kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Aceh.

  • Pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.
  • Setelah itu, pemerintahan digantikan oleh Sultan Ali Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607.
  • Pada masa ini, Portugis melakukan penyerangan karena ingin melakukan monopoli perdagangan di Aceh, namun usaha ini tidak berhasil.

Kemudian, Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-1636, pada masa pemerintahannya kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Selain itu, banyak terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).

Setelah Sultan Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (Sultan Iskandar Sani) yang memerintah tahun 1637-1642, ia merupakan menantu Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, kerajaan aceh mengalami kemunduran. Tak seperti mertuanya, ia lebih mementingkan pembangunan dalam negeri daripada ekspansi luar negeri.

Pada masa pemerintahannnya yang singkat yaitu sekitar empat tahun, Aceh berada dalam keadaan damai dan sejahtera, hukum syariat Islam ditegakkan, dan hubungan dengan kerajaan-kerajaan bawahan dilakukan tanpa tekanan politik ataupun militer. Pada masa Iskandar Sani ini, ilmu pengetahuan tentang Islam juga berkembang pesat.

  1. Emajuan ini didukung oleh kehadiran Nuruddin ar-Raniri, seorang pemimpin tarekat dari Gujarat, India.
  2. Nuruddin menjalin hubungan yang erat dengan Sultan Iskandar Sani, ia kemudian diangkat menjadi mufti (penasehat) Sultan.
  3. Pada masa ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku).
You might be interested:  Kapan Bencana Tsunami Di Aceh Terjadi?

Setelah Iskandar Sani, yang memerintah Aceh berikutnya adalah empat orang sultanah (sultan perempuan) berturut-turut. Sultanah yang pertama adalah Safiatuddin Tajul Alam (1641- 1675), janda Iskandar Sani. Kemudian Sri Ratu Naqiyatuddin Nurul Alam, Inayat Syah, dan Kamalat Syah.

  • Pada masa Sultanah Kamalat Syah ini turun fatwa dari Mekah yang melarang Aceh dipimpin oleh kaum wanita.
  • Pada 1699 pemerintahan Aceh pun dipegang oleh kaum pria kembali.
  • Pada tahun 1816, sultan Aceh yang bernama Saiful Alam bertikai dengan Jawharul Alam Aminuddin.
  • Esempatan tersebut digunakan oleh Gubernur Jenderal asal Inggris, Thomas Stanford Raffles yang ingin menguasai Aceh yang belum pernah ditundukkan oleh Belanda.

Saat itu pemerintahan Hindia Belanda yang menguasai Indonesia tengah digantikan oleh pemerintahan Inggris. Pada 22 April 1818, Raffles yang saat itu berkedudukan di Bengkulu, mengadakan perjanjian dagang dengan Aminuddin.