Faktor Penyebab Runtuhnya Kesultanan Aceh
- Tidak adanya pemimpin yang cakap setelah wafatnya Sultan Iskandar Muda.
- Terjadi perpecahan internal antara kaum birokrat (bangsawan kerajaan) dengan kaum agama.
- Banyak negeri taklukan yang memisahkan diri, termasuk Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau, Siak, dan lainnya.
Contents
Bagaimana proses runtuhnya Kesultanan Aceh Darussalam?
Masa keruntuhan Kerajaan Aceh – Pada 1641, atau sepeninggal Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Faktor kejatuhan Kerajaan Aceh paling utama adalah adanya perebutan kekuasaan di antara para pewaris takhta. Selain itu, kekuasaan Belanda di Pulau Sumatera dan Selat Malaka semakin menguat.
Apa yang menyebabkan Kerajaan Aceh menjadi kerajaan yang besar?
Kerajaan Aceh memiliki wilayah yang luas. Selain itu, juga mampu melakukan perdagangan ke wilayah China, India, Gujarat, Timur Tengah sampai ke Turki. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh berkembang pesat menjadi kerajaan besar. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh berkembang pesat menjadi kerajaan besar. Beberapa faktor pendukung Kerajaan Aceh berkembang pesat yaitu:
letak ibu kota aceh strategis di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, China atau Jawa, pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratan baik sebagai pelabuhan dagang. Pelabuhan itu terlindung dari ombak besar oleh Pulau We, Pulau Nasi dan Pulau Breuen, daerah Aceh kaya tanaman lada sebagai mata dagang ekspor yang penting dalam mengadakan perdagangan internasional, jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang barat Sumatera.
Dengan demikian, Aceh dapat berkembang menjadi sebuah kerajaan dengan bandar dagang yang sangat ramai dan maju karena letak yang strategis, memiliki persyaratan baik sebagai pelabuhan dagang, Aceh kaya tanaman lada sebagai mata dagang ekspor, Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
Jelaskan alasan melemahnya Kesultanan Aceh pada awal abad ke 20 apa yang menjadi faktor utamanya?
Faktor kemunduran – Sultan Iskandar Muda wafat pada 1636 dan digantikan menantunya, Iskandar Thani (1636-1641). Pada masa pemerintahan Iskandar Thani Kerajaan Aceh justru mengalami kemunduran. Sultan Iskandar Thani dinilai kurang memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat dalam pengelolaan kerajaan Aceh.
Pengawasan kepada para panglima yang mengurusi perdagangan mengendur, daerah yang jauh dari pemerintah pusat kurang setia terhadap sultan, kehadiran ahli tawasuf aliran ortodoks bernama Nur ar Din al Raniri (Nuruddin ar Raniri). Akhirnya pada awal abad ke-20 (1935) Kerajaan Aceh dapat dikuasai oleh Belanda.
Faktor penyebab kemunduran Kerajaan Aceh antara lain:
Kekalahan perang Aceh melawan Portugis di Malaka pada 1629 yang menimbulkan korban jiwa dan harta benda (kapal-kapal) yang cukup besar. Tokoh pengganti Sultan Iskandar Muda kurang cakap. Permusuhan antara kaum ulama penganut ajaran Syamsudin as Sumatrani dan penganut ajaran Nuruddin ar Raniri. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintah pusat melepaskan diri dari Aceh seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau dan Siak. Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa lain berhasil mendesak dan menggeser daerah perdagangan Aceh yang berakibat perekonomian Aceh makin lemah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Apa faktor yang membuat Kesultanan Samudera Pasai dan Aceh mencapai kejayaannya dan runtuhnya?
Samudera Pasai merupakan kerajaan yang berdiri abad ke-13 oleh Sultan Malik Al-Saleh. Samudera Pasai mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir, yang berkuasa dari tahun 1326-1345. Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab.
- Puncak kejayaan Kerajaan Samudera Pasai juga ditandai dengan aktivitas perdagangan yang sudah maju, ramai, dan menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran.
- Oin emas yang disebut dirham ini pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Muhammad Malik Az Zahir, ayah Mahmud Malik Az Zahir, dan kemudian digunakan secara resmi di kerajaan.
Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan nusantara. Samudera Pasai memiliki banyak bandar yang dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab, dan Persia. Kerajaan ini juga dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terkemuka di dunia dengan lada sebagai komoditas andalannya.
- Tidak hanya itu, Samudera Pasai juga menjadi produsen sutra, kapur barus, dan emas.
- Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.
- Ejayaan yang dicapai kerajaan Samudera Pasai tidak terlepas dari faktor Samudera Pasai yang letaknya strategis di selat malaka yang merupakan jalur perdagangan internasional, hasil lada yang meningkat dan kekayaan alam yang melimpah, serta Samudra Pasai selalu meningkatkan hubungan dagang dengan Cina dan India.
Jadi, jawabannya adalah letak strategis, meningkatkan hasil bumi, dan menjaga hubungan dagang dengan negara asing.
Apa penyebab runtuhnya kerajaanaceh Darussalam?
2. Kedudukan Belanda Menjadi Semakin Kuat – Penyebab lain dari runtuhnya Kerajaan Aceh Darussalam adalah Belanda memperkuat kedudukannya di wilayah kerajaan tersebut. Beberapa daerah seperti Tapanuli, Mandailing, Siak, dan Minangkabau sudah jatuh ke tangan penjajah dari Eropa itu.
Hal ini membuat Sultan Mansur Syah menjadi gusar dan terdesak. Ia tidak mau wilayah-wilayah kekuasaannya juga jatuh ke tangan Belanda dan melakukan berbagai cara untuk menghentikannya. Kedaulatan Kerajaan Aceh semakin terancam ketika Sultan Mahmud Syah naik tahta. Raja tersebut usianya masih muda saat menggantikan pemimpin yang sebelumnya.
Sehingga, ia kurang berpengalaman dan kedudukannya pun menjadi lemah. Akhirnya, ia meminta bantuan dari luar untuk menekan pengaruh Belanda. Salah satunya adalah semakin memperkuat hubungan dengan Kesultanan Turki. Namun hal tersebut tidak dapat terlaksana.
Pasalnya, Turki sedang berperang melawan Rusia pada saat itu. Selain itu, sang sultan juga meminta bantuan kepada Kerajaan Prancis. Namun, permintaan tersebut tidak ditanggapi oleh Louis Phillippe I, yang menjabat sebagai raja pada saat itu. Kekuatan Aceh pun semakin lemah sehingga tidak dapat menghalau pengaruh Belanda.
Belanda semakin gencar untuk menaklukkan kerajaan tersebut. Sedikit demi sedikit, wilayahnya akhirnya jatuh juga ke tangan penjajah juga. Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
Apakah Kesultanan Aceh berada di puncak kejayaan?
Penyebab Runtuhnya Kesultanan Aceh – Kesultanan Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang pernah berdiri dan berkuasa di prov. Aceh, Indonesia. Kesultanan ini berlokasi di sisi utara pulau Sumatera yang ibu kotanya adalah Bandar Aceh. Sultan pertama kesultanan Aceh adalah sultan Ali Mughayat Syah yang mangkat pada hari Ahad, 1 Jumadil Awal 913 Hijriah atau pada tanggal 8 September 1507 Masehi.
Esultanan Aceh dibangun oleh seorang sultan yakni sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 yang sekaligus menjadi sultan pertama kerajaan Aceh. Pada tahun 1528, kemudian sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh putra pertamanya yang bernama Salahuddin dan berkuasa hingga tahun 1537, kemudian digantikan kembali oleh sultan Alauddin Riayat Syah AL-Kahar dan memegang tampuk kekuasaan hingga tahun 1571.
Kesultanan Aceh kemudian mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan sultan Iskandar Muda yang berkuasa dari tahun 1607 hingga 1636. Di bawah kepemimpinan sultan Iskandar Muda kesultanan Aceh mengalami masa pengaruh atau ekspansi terluas, dimana Aceh mampu menaklukan Pahang yang merupakan kerajaan penghasil timah.
- Di masa kepemimpinan sultan Iskandar Muda kesultanan Aceh benar-benar berada pada puncak kejayaan.
- Akan tetapi, setelah wafatnya sultan Iskandar Muda pada tahun 1636, kesultanan Aceh seperti kehilangan jati diri dan banyak masalah-masalah internal kerajaan yang justru semakin membuat kerajaan ini mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi keruntuhan.
Pada postingan artikel kali ini, Abang Nji akan memberikan informasi kepada sahabat sekalian 7 Faktor Penyebab Runtuhnya Kesultanan Aceh Yang Harus Kamu Ketahui. 1. Tidak Memiliki Raja Yang Dapat Memimpin Dengan Baik Salah satu faktor yang paling penting dari berhasil atau tidaknya suatu kerajaan adalah pada kualitas pemimpinnya. Setelah meninggalnya sultan Iskandar Muda pada tahun 1636 M, kesultanan Aceh seolah-olah kehilangan sosok pemimpin yang mampu memimpin dan membawa Aceh pada masa-masa kejayaan seperti halnya sultan Iskandar Muda.
- Emampuan kepemimpinan dari sultan-sultan setelah sultan Iskandar Muda dinilai tidak mampu membawa aceh tetap pada masa kejayaan dan bahkan terus mengalami kemunduran.
- Emunduran dari kesultanan Aceh terus terjadi hingga naik tahtanya sultan Mahmudsyah yang masih sangat muda dan lemah dalam hal kepemimpinan.
Setelah naik tahtanya sultan Mahmudsyah, serangkaian usaha terus dilakukan dengan diplomasi ke daerah Istanbul yang saat itu dipimpin oleh teuku Paya Bakong serta Habib Abdurrahman Az-Zahier dalam rangka melawan pengaruh atau ekspansi dari kerajaan Belanda tergolong gagal.