Liputan6.com, Jakarta Penyebab tsunami Aceh tahun 2004 dan kronologinya selalu menjadi materi yang menarik untuk dipelajari sebagai pengingat akan salah satu bencana alam terparah yang terjadi selama sejarah modern. Hal ini berdasarkan tinjauan dari national Science Foundation (NFS) dengan melihat aspek jumlah korban dan juga aspek geologi.
- Penyebab tsunami Aceh tahun 2004 sendiri diketahui dipicu oleh adanya gempa tektonik yang juga merupakan gempa terbesar ketiga yang pernah tercatat di dunia dan memiliki patahan lempeng terpanjang yang pernah diamati oleh para peneliti.
- Gempa tektonik pada Samudra Hindia ini menyebabkan gempa dengan kekuatan magnitude 9.2 skala richter dan tsunami setinggi 15 meter atau 50 kaki yang kemudian menerjang daratan aceh dan meluluhlantahkannya.
Bencana ini juga meninggalkan bekas luka yang dalam untuk para penduduk yang tinggal di Desa Gampong di Ulee Lheue, Banda Aceh. Dipicu oleh pergerakan dua lempeng bumi yang terletak di Samudra Hindia, berikut ini Liputan6.com tangkum dari berbagai sumber, Senin (15/8/2022) tentang kronologi dan penyebab Tsunami Aceh serta fakta yang menyertainya.
Contents
Apa dampak tsunami Aceh 2004?
1. Sektor Sosial dan Budaya – Dampak gempa dan tsunami telah mempengaruhi sektor sosial secara masif. Penilaian kerusakan dan kerugian untuk sektor sosial dan budaya meliputi perumahan, pendidikan, hingga pelayanan kesehatan. Kerusakan perumahan adalah kerusakan terbesar akibat dari tsunami melebihi sektor lainnya.
Dampak kerugiannya mencapai Rp.13,4 triliun, merupakan 32% dari semua kerusakan dan kerugian yang diakibatkan bencana tersebut. Sektor pendidikan diperkirakan sebanyak 45.000 siswa dan 1.870 guru hilang. Sekitar 1.962 sekolah rusak dan hancur sehingga kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,041 triliun. Kemudian, sektor kesehatan juga terdampak dengan hancurnya 5 rumah sakit dan 11 puskesmas.
Untuk sektor keagamaan, data Survei Desa (Podes) menunjukkan bahwa ada sekitar 2.000 masjid, 5,500 meunasah (masjid kecil), 2.150 musala, dan 91 tempat ibadah yang terdampak. Podes dan Menteri Dalam Negeri memperkirakan, butuh sekitar Rp 776 juta untuk membangun kembali tempat ibadah di Aceh dan Sumatera.
Apa yang terjadi di Banda Aceh?
KOMPAS.com/ DASPRIANI Y ZAMZAMI Bangunan Museum Tsunami Aceh, yang kini menjadi lokasi wisata favorit wisatawan saat berkunjung ke Kota Banda Aceh. Aceh kini – Setelah 14 tahun sejak tsunami melanda, Aceh dan sekitarnya sudah berbenah dengan baik. Wilayah kota dan perdesaan sekiar juga sudah tertata.
- Insfratruktur juga telah pulih dengan maksimal.
- Psikologi warga yang selamat juga telah bangkit.
- Untuk mengenang memori kolektif mereka terhadap bencana itu, maka dibangunlah Museum Tsunami.
- Dalam Museum Tsunami terdapat suara rekaman perempuan yang menyanyikan lagu dalam bahasa Aceh.
- Selain itu dipajang juga keadaan Aceh ketika terjadinya bencana tsunami.
Selain itu, Pemerintah Aceh juga menetapkan tanggal 26 Desember sebagai hari libur daerah. Pemerintah setempat meminta warga untuk melakukan peringatan dengan aneka aktivitas religi dan refleksi tiap tahunnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com.
Berapa banyak kejadian bencana alam yang terjadi pada tahun 2014?
2014 – Selama tahun 2014, tercatat terdapat 1.525 kejadian bencana, yang menyebabkan 566 orang tewas, 2,66 juta jiwa mengungsi dan menderita, lebih dari 51 ribu rumah rusak, dan ratusan bangunan umum rusak. Kerugian ekonomi mencapai puluhan trilyunan rupiah.
- Bencana alam meliputi kebakaran hutan dan lahan, banjir, banjir bandang dan longsor.
- Sebanyak 99 persen bencana di Indonesia selama 2014 adalah bencana hidrometeorologi.
- Puting beliung adalah jenis bencana yang paling dominan selama 2014 yaitu 496 kejadian, kemudian banjir (458) dan longsor (413).
- Walaupun puting beliung adalah bencana yang paling banyak terjadi selama 2012-2014, namun longsor adalah bencana paling mematikan.
Pada tahun 2014, 60 persen (343 jiwa) dari dari total korban meninggal akibat bencana adalah disebabkan longsor. Konsentrasi bencana terbanyak adalah di Provinsi Jawa Barat (290 kejadian), Jawa Tengah (272), Jawa Timur (213), Aceh (51), dan Sumatra Selatan (480).
13 Februari: Gunung Kelud meletus di Jawa Timur Januari: Gunung Sinabung meletus di Sumatra Utara
Bagaimana kronologi bencana tsunami 2004 di Aceh?
26 Desember 2004: Pukul 7.59 waktu setempat, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer lepas pantai. Hanya dalam beberapa jam saja, gelombang tsunami dari gempa itu mencapai daratan Afrika.27 Desember: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tsunami di Aceh sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi.
Bantuan internasional mulai digerakkan menuju kawasan bencana. Kawasan terparah yang dilanda tsunami adalah Aceh, Khao Lak di Thailand dan sebagian Sri Lanka dan India.30 Desember: Sekretaris Jendral PBB saat itu, Khofi Annan, menyebut jumlah korban sedikitnya 115.000 orang tewas. Jerman mengirim pesawat militer yang berfungsi sebagai klinik darurat ke kawasan bencana.
Militer Jerman Bundeswehr dikerahkan untuk membantu korban bencana.31 Desember: Indonesia dinyatakan sebagai kawasan bencana tsunami terparah. Pemerintah Indonesia menyebut korban tewas akan melebihi 100.000 orang.1 Januari 2005: Kapal induk Amerika Serikat “USS Abraham Lincoln” tiba di perairan Sumatra untuk membantu evakuasi korban dan penyaluran bahan bantuan.
Helikopter Amerika Serikat dikerahkan dari kapal induk untuk membagikan bahan bantuan terpenting ke kawasan bencana di Aceh.2. Januari 2005: Masyarakat internasional menjanjikan bantuan untuk kawasan bencana tsunami senilai 2 miliar US$.4 Januari 2005: PBB menyatakan jumlah korban lebih banyak dari perkiraan semula, sedikitnya 200.000 orang tewas.5 Januari 2005: Eropa memperingati korban tsunami dengan aksi mengheningkan cipta di berbagai kota besar dan dalam sidang parlemen.
Jerman menyatakan sekitar 1.000 warganya yang sedang berwisata di Asia Tenggara hilang. Pemerintah Jerman memutuskan bantuan senilai 500 juta Euro untuk bantuan kemanusaiaan dan pembangunan kembali di kawasan bencana.14 Maret 2005: Indonesia dan Jerman mulai membangun sistem peringatan dini tsunami.
Perangkat teknisnya merupakan sumbangan Jerman kepada Indonesia, senilai 40 juta Euro. Sistem itu dikenal sebagai GITEWS (German Indonesian Tsunami Early Warning System). Tahun 2008 dikembangkan menjadi InaTews (Indonesia Tsunami Early Warning System).19 Maret 2005: Sekitar 380 tentara Jerman yang bertugas di kawasan bencana kembali ke pangkalannya.
Selama bertugas, mereka merawat sekitar 3.000 pasien korban bencana. Masyarakat Jerman mengumpulkan sumbangan bencana Tsunami senilai 670 juta Euro. hp/ml (dpa)