Bagaimana Berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam?

0 Comments

Bagaimana Berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam
Jakarta – Traveler tahu Kerajaan Aceh? Disebut juga sebagai Kesultanan Aceh, Kerajaan Aceh merupakan Kerajaan Islam di Indonesia yang ada di Provinsi Aceh. Kerajaan Aceh didirikan pada tahun 1496 oleh Ali Mughayat. Menurut Sumatra and the Malay Peninsula, 16 th Century dalam Digital Atlas of Indonesian History, kerajaan ini didirikan di wilayah Kerajaan Lamuri dan mengalami ekspansi, hingga menyatukan kawasan Daya, Pedir, Lidie sampai Nakur.

Bagaimana awal berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam?

Awal mula – Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496, Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur,

Jelaskan Asal nama Kerajaan Aceh Darussalam dan siapa pendirinya?

Pendiri Kerajaan Aceh – Bagaimana Berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam Raja Kerajaan Aceh (kompas.com) Cikal bakal menjadi Kerajaan Aceh bermula dari adanya Kerajaan Indra Purba yang terletak di Lamuri. Pada tahun 1059-1069 M, tentara China menyerang Kerajaan Indra Purba yang waktu itu dipimpin oleh Maharaja Indra Sakti.

  1. Etika peperangan terjadi, Kerajaan Perlak sebagai sekutu dari Kerajaan Indra Purba mengirimkan 300 pasukan, diantaranya terdapat pemuda kuat yang bernama Meurah Johan yang memimpin pertempuran.
  2. Akhirnya tentara China dapat dikalahkan dan diunsir mundur.
  3. Untuk membalas jasa Meurah Johan, maka Maharaja Indra Sakti menikahkan anaknya dengan pemuda tersebut.

Setelah itu, Meurah Johan yang bergelar Sultan Alaidin Johan Shah menggantikan mertuanya yang telah wafat sebagai raja di Kerajaan Indra Purba. Kemudian kerajaan tersebut berganti nama menjadi Kerajaan Darussalam yang terletak di Bandar Darussalam. Hingga akhirnya sampailah pada generasi ke 11, yaitu Sultan Ali Mughayat Shah.

  • Dalam perkembangannya, Sultan Ali Mughayat Shah lah pendiri Kerajaan Aceh Darussalam, dimana awalnya bernama Kerajaan Darussalam.
  • Bukan hanya itu saja, Sultan Ali Mughyat Shah juga menyatukan kerajaan-kerajaan kecil yang berhasil ditakhlukannya di bawah naungan Kerajaan Aceh.
  • Selain itu, Sultan Ali Mughayat Shah berjasa dalam melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang tiba di Malaka.
You might be interested:  Ongkos Sempati Star Medan Banda Aceh?

Oleh sebab itu, Sultan Ali Mughayat Shah membentuk angkatan laut dan darat. Kemudian juga membuat dasar-dasar politik luar negeri Kerajaan Aceh. Sultan Ali Mughayat Shah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 12 Dzulhijah sekitar 17 agustus 1530 M. Pada masa kepemimpinannya, Kerajaan Aceh mengalami penyerangan oleh Portugis yang dibantu oleh Kerajaan Johor, Perak dan Pahang yang saat itu sedang memusuhi Aceh.

Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam?

Puncak Kejayaan Kerajaan Aceh – Sejarah Kerajaan Aceh dari masa jaya hingga runtuhnya. (Ilustrasi masjid tua di Aceh Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa) Menurut buku Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (2008) karya Denys Lombard, Kesultanan Aceh Darussalam mengalami era kejayaan di masa kepemimpinan Iskandar Muda.

Saat itu, Sultan Iskandar Muda sangat menolak keras bentuk kerja sama yang ditawarkan asing. Bahkan, ia sudah paham segala trik asing yang berupaya memanfaatkan sumber daya miliknya. Sejumlah tawaran kerja sama mulai dari Inggris, Portugis, hingga Belanda, tidak ada satu pun yang diizinkan. Kekuatan militernya kuat dan dibekali segala senjata canggih termasuk meriam.

Siasat Portugis, Belanda, sampai Inggris untuk merebut kekuasaan dibuat menyerah, sampai akhirnya mereka memilih ganti wilayah yang berimbas ke Pulau Jawa dan Maluku. Sultan Iskandar Muda cukup sukses dalam memperluas wilayah kekuasaan termasuk Semenanjung Malaya yaitu Johor, Perak, Melaka, Kedah, Patani, sampai sebagian besar Sumatera.

Siapa yang mendirikan Kerajaan Aceh Darussalam?

KESULTANAN ACEH DARUSSALAM Untuk mengetahui bagaimana gambaran kesultanan Aceh Darussalam semenjak berdirinya tahun 1514 M, yang dibangun oleh Sultan Ali Mughayat Syah, hingga menjelang masa pemerintahan Sultanah Syafiatuddin Syah tahun 1641 M dapat dilihat secara singkat melalui perkembangan Kesultanan Aceh Darussalam dalam uraian di bawah: Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530 M) Setelah berhasil melepaskan Aceh dari Pedir dan kemudian menggalang kekuatan dengan menaklukkan dan menyatukan daerah-daerah disekitarnya ke dalam kekuasaannya.

You might be interested:  Raja Pertama Yang Memimpin Kerajaan Aceh Darussalam Adalah?

Ali Mughayat Syah mendirikan kerajaan Aceh yang merdeka, yaitu Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1514 M. Di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah, Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya. Pada tahun 1520 dia berhasil merebut Daya yang terletak di pantai barat Sumatera bagian utara, yang menurut Tome Pires belum menganut agama Islam.

Sesudah itu, Ali Mughayat Syah memulai penaklukan-penaklukan ke pantai timur, merebut kekuasaan atas daerah-daerah penghasil lada dan emas. Pada bulan Mei 1521, armada Portugis yang dipimpin oleh Jorge de Brito menyerang Aceh. Dalam pertempuran itu, Portugis mengalami kekalahan dan de Brito sendiri tewas.

Sultan Ali Mughayat Syah terus melakukan pengejaran terhadap Portugis sampai ke Pedir dan pasukan Sultan Ali Mughayat Syah mengalami kemenangan hingga Portugis dan raja Pedir, Sultan Ahmad mundur ke Pasai. Sultan Ali Mughayat Syah segera mengejarnya dan berhasil merebut senjata mereka berupa sejumlah besar alat-alat perang meriam dan sebagainya.3 Sultan Ali Mughayat Syah berhasil merebut Pasai dari tangan Portugis dan meletakkan fondasi bagi kebangkitan politik Aceh pada tahun 1524.

Pihak Portugis tidak dapat melupakan perbuatan sultan Ali Mughayat Syah yang mengusirnya secara keras dari Pedir, Pasai dan kota-kota lainnya di Aceh pada tahun 1524. Armada Aceh masa sultan Ali Mughayat Syah ini merupakan saingan yang hebat untuk Portugis di lautan.

Kesuksesan Mughayat Syah banyak dibantu oleh adiknya, Raja Ibrahim. Dalam hal ini, Ibrahim menggunakan senjata Portugis dari kemenangannya di Pedir untuk mengepung benteng yang ada di Pasai. Pengusiran Portugis yang disertai penaklukkan Pasai semakin memperkuat posisi Aceh di dalam jalur perdagangan Selat.

Pada tahun 1527 sultan Ali Mughayat Syah berhasil menghancurkan armada Portugis yang dipimpin oleh De Souza dan banyak tentara yang menjadi tawanan. Karena itu Portugis lalu mencoba mengadakan hubungan dengan Aceh untuk membebaskan orang-orangnya dengan mengirim utusan ke Aceh.

  • Utusan Portugis tersebut dibunuh pada tahun 1529.
  • Sultan Salahuddin (1528-1537 M) Sepeninggal sultan Ali Mughayat Syah pada 12 Zulhijjah tahun 936 Hijriyah (7 Agustus 1530 M).8 kemudian kekuasaan digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Salahuddin, dia dianggap sebagai penguasa yang lebih lemah.
  • Sultan Salahuddin tidak memiliki kemampuan sebagaimana ayahnya, dia tidak banyak berbuat untuk kemajuan kerajaan Islam Aceh.
You might be interested:  Sebutkan Faktor Yang Menyebabkan Portugis Ingin Menguasai Aceh?

Masa kepemimpinan Salahuddin tidak membawa Aceh semakin besar tetapi justru semakin merosot.

Bagaimana sejarah pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1873?

Sultan Aceh – Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat, Sultan Aceh terakhir yang bertahta pada tahun 1874-1903. Sultan Aceh atau Sultanah Aceh merupakan penguasa / raja dari Kesultanan Aceh. Sultan awalnya berkedudukan di Gampông Pande, Bandar Aceh Darussalam kemudian pindah ke Dalam Darud Dunia di daerah sekitar pendopo Gubernur Aceh sekarang.

  1. Dari awal hingga tahun 1873 ibu kota berada tetap di Bandar Aceh Darussalam, yang selanjutnya akibat Perang dengan Belanda pindah ke Keumala, sebuah daerah di pedalaman Pidie.
  2. Sultan/Sultanah diangkat maupun diturunkan atas persetujuan oleh tiga Panglima Sagoe dan Teuku Kadi Malikul Adil (Mufti Agung kerajaan).

Sultan baru sah jika telah membayar “Jiname Aceh” (maskawin Aceh), yaitu emas murni 32 kati, uang tunai seribu enam ratus ringgit, beberapa puluh ekor kerbau dan beberapa gunca padi. Daerah yang langsung berada dalam kekuasaan Sultan (Daerah Bibeueh) sejak Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah adalah daerah Dalam Darud Dunia, Masjid Raya, Meuraxa, Lueng Bata, Pagarayée, Lamsayun, Peulanggahan, Gampông Jawa dan Gampông Pande.