Apa Yang Dimaksud Perang Aceh?

0 Comments

Apa Yang Dimaksud Perang Aceh
Perang Aceh adalah perang antara Kesultanan Aceh melawan penjajah Belanda. Perang ini berlangsung lama mulai 1873 sampai tahun 1910. Belanda menyatakan perang kepada Aceh pada 26 Maret 1873. Perang terjadi karena masyarakat Aceh tidak ingin wilayahnya dikuasai oleh penjajah.

Apa yang Anda ketahui dengan Perang Aceh jelaskan?

Kompas TV nasional singkap Kamis, 12 Maret 2020 | 11:03 WIB Penulis : Yudho Priambodo Perang Aceh merupakan perang terlama dengan menghabiskan biaya paling besar selama abad 19 hingga 20. Kesultanan Aceh Darussalam tidak mau menyerah meski Belanda menggempur dan menyerang kota Serambi Mekkah.

  1. Dalam perjalanannya, Kesultanan Aceh Darussalam menjalin diplomasi untuk mencari dukungan melawan kolonialisme Belanda hingga ke benua Amerika dan Eropa.
  2. Dalam episode ini, Singkap menggali faktor apa saja yang membuat kawasan Aceh sangat sulit ditaklukkan oleh Belanda dan taktik strategi perang apa yang diterapkan rakyat Aceh demi mempertahankan Bumi Rencong dari serangan asing.

Sejarah mengungkap, banyak hal tak terduga bagaimana Aceh dengan ilmu pengetahuan dan kekuatan diplomasinya menjadi kawasan penting di Asia Tenggara. Perang Aceh adalah perang rakyat Aceh melawan Belanda tahun 1873 hingga 1904 diawali dengan pendaratan yang dipimpin oleh Jenderal J.H.R Kohler di pantai Cermin.

Perang semakin memanas saat Kohler ditembak oleh pasukan Kesultanan Aceh Darussalam di depan masjid Baiturrahman pada 14 April 1873. Kesultanan bersama rakyat Aceh melawan tanpa ampun dengan menjalankan perang Sabil, perang sampai akhir hayat demi membela tanah air dan agama. Strategi perang Sabil dan semangat rakyat ternyata mampu mengalahkan pasukan Belanda, namun tahun 1904 Kesultanan tunduk pada politik adu domba Belanda.

Meski kesultanan dibubarkan, nyatanya perang melawan kolonialisme di Aceh masih berlanjut hingga kemerdekaan Indonesia tahun 1945. #SINGKAP Sumber : Kompas TV

You might be interested:  Jenis Tanah Di Banda Aceh?

Siapa yang memimpin perang di Aceh?

Periode – Perang Samalanga pertama pada tanggal 26 Agustus 1877. Panglima besar Belanda, Mayor Jenderal Karel van der Heijden kembali ke pasukannya setelah mendapatkan perawatan pada matanya yang tertembak Perang Aceh Pertama (1873-1874) dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler,

Köhler dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, di mana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873, Sepuluh hari kemudian, perang berkecamuk di mana-mana. Yang paling besar saat merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman, yang dibantu oleh beberapa kelompok pasukan. Ada di Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, sampai Lambada, Krueng Raya.

Beberapa ribu orang juga berdatangan dari Teunom, Pidie, Peusangan, dan beberapa wilayah lain. Perang Aceh Kedua (1874-1880). Pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten, Belanda berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Januari 1874, dan dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda.

Pada 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda, Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indrapuri, Perang pertama dan kedua ini adalah perang total dan frontal, di mana pemerintah masih berjalan mapan, meskipun ibu kota negara berpindah-pindah ke Keumala Dalam, Indrapuri, dan tempat-tempat lain.

Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi sabilillah, Di mana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1903. Dalam perang gerilya ini pasukan Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima Polim dan Sultan.

Siapa yang menang dalam Perang Aceh?

Latar Belakang Perang Aceh – Mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII, awalnya Belanda melakukan perjanjian damai dengan Aceh. Namun, pemerintah kolonial menyadari Aceh menjadi wilayah penting untuk jalur perdagangan. Akhirnya Aceh melanggar perjanjian kemudian memulai penyerangan.

  • Belanda membawa pasukan perang sampai 3.000 orang dan mendatangan kapal-kapal perang.
  • Perang dipimpin oleh Mayor Jenderal Kohler pemimpin pasukan.
  • Serangan pertama dimulai di ibu kota Aceh, Masjid Baiturrahman.
  • Perang melawan pasukan Belanda ini berlangsung selama dua minggu.
  • Sampai akhirnya Belanda berhasil menduduki istana.
You might be interested:  Batik Yang Berasal Dari Aceh?

Namun, perjuangan Belanda menaklukkan istana sia-sia karena Sultan Aceh dan keluarganya berhasil melarikan diri. Sultan pergi ke daerah Lueng Bata di Aceh. Mengutip dari buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) perang Aceh terus terjadi hingga tahun 1912.

Pahlawan wanita Cut Nyak Dien berjuang dalam perang Aceh, sampai akhirnya menyerah di tahun 1905. Kemudian perlawanan dilakukan oleh pejuang wanita lain yaitu Tjut Nyak Meutia. Namun, Tjut Nyak Meutia gugur dalam perang di tahun 1910. Perang Aceh terus terjadi di tahun 1912 meski banyak pemimpin yang gugur di medan perang.

Perang Aceh berakhir setelah Belanda memakai strategi devide et impera. Strategi devide et impera atau politik adu domba. Strategi ini digunakan untuk memecah kedua belah pihak.

Mengapa Belanda sangat kesulitan menaklukkan Aceh?

Jawaban. dan hal tersebut Karena Semangat juang rakyat Aceh yang tidak pernah surut sehingga Belanda kesulitan untuk menakhlukkan Aceh.

Apa yang dimaksud dengan Perang Aceh-Belanda?

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Aceh (1873-1915)
Panglima besar angkatan perang Belanda, Jenderal J.H.R. Kohler tewas ditembak oleh penembak jitu Aceh pada tahun 1873
Tanggal 1873-1915 Perlawanan sporadis berlanjut hingga 1942
Lokasi Kesultanan Aceh dan Wilayah perlindungan Kesultanan Aceh
Hasil
  • Sultan Aceh menyerah dan Kesultanan Aceh dibubarkan
  • Belanda menguasai Aceh
  • Kekuasaan Uleebalang dipulihkan
  • Dibentuknya Karesidenan Aceh beserta daerah taklukannya (Atjeh en Onderhoorigheden).
Perubahan wilayah Wilayah Aceh menjadi bagian dari Hindia Belanda

/td> Pihak terlibat Belanda

Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL)

Kesultanan Aceh Mujahidin Aceh Tokoh dan pemimpin Johan Köhler † Jan van Swieten Johannes Pel † Karel van der Heijden ( WIA ) Henry Demmeni (DOW) Jan Jacob Karel de Moulin † Gotfried van Daalen Johan Cornelis van der Wijck Johannes Benedictus van Heutsz Sultan Mahmud Syah Sultan Muhammad Daud Syah Tuanku Hasyim Banta Muda Teuku Imeum Lueng Bata Habib Abdurrahman Az-Zahir Panglima Polem Teungku Chik di Tiro (KIA) Habib Teupin Wan Teuku Umar (KIA) Cut Nyak Dhien Cut Meutia (KIA) Teungku Fakinah Pocut Meuligoe Kekuatan 3,000 (Ekspedisi Pertama) 13,000 (Ekspedisi Kedua) 12,000 KNIL dari Eropa (1903) 23,000 KNIL Pribumi 200.000+ mujahidin Aceh Korban 37,000 terbunuh (termasuk kolera) 60–70,000 terbunuh (termasuk kolera) 10,000 mengungsi

Perang Aceh–Belanda atau disingkat Perang Aceh adalah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873 hingga 1915,

Apa yang dimaksud dengan perang antara Kesultanan Aceh dan Belanda?

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Aceh (1873-1915)
Panglima besar angkatan perang Belanda, Jenderal J.H.R. Kohler tewas ditembak oleh penembak jitu Aceh pada tahun 1873
Tanggal 1873-1915 Perlawanan sporadis berlanjut hingga 1942
Lokasi Kesultanan Aceh dan Wilayah perlindungan Kesultanan Aceh
Hasil
  • Sultan Aceh menyerah dan Kesultanan Aceh dibubarkan
  • Belanda menguasai Aceh
  • Kekuasaan Uleebalang dipulihkan
  • Dibentuknya Karesidenan Aceh beserta daerah taklukannya (Atjeh en Onderhoorigheden).
Perubahan wilayah Wilayah Aceh menjadi bagian dari Hindia Belanda

/td> Pihak terlibat Belanda

Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL)

Kesultanan Aceh Mujahidin Aceh Tokoh dan pemimpin Johan Köhler † Jan van Swieten Johannes Pel † Karel van der Heijden ( WIA ) Henry Demmeni (DOW) Jan Jacob Karel de Moulin † Gotfried van Daalen Johan Cornelis van der Wijck Johannes Benedictus van Heutsz Sultan Mahmud Syah Sultan Muhammad Daud Syah Tuanku Hasyim Banta Muda Teuku Imeum Lueng Bata Habib Abdurrahman Az-Zahir Panglima Polem Teungku Chik di Tiro (KIA) Habib Teupin Wan Teuku Umar (KIA) Cut Nyak Dhien Cut Meutia (KIA) Teungku Fakinah Pocut Meuligoe Kekuatan 3,000 (Ekspedisi Pertama) 13,000 (Ekspedisi Kedua) 12,000 KNIL dari Eropa (1903) 23,000 KNIL Pribumi 200.000+ mujahidin Aceh Korban 37,000 terbunuh (termasuk kolera) 60–70,000 terbunuh (termasuk kolera) 10,000 mengungsi

Perang Aceh–Belanda atau disingkat Perang Aceh adalah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873 hingga 1915,