Apa Latar Belakang Perang Aceh?

0 Comments

Apa Latar Belakang Perang Aceh
Latar Belakang Perang Aceh – Perang Aceh terjadi karena keinginan Belanda menguasai wilayah Kesultanan Aceh yang menjadi sangat penting setelah Terusan Suez dibuka. Sebelum Perang Aceh terjadi, Belanda berhasil menguasai wilayah Kesultanan Deli, mulai dari Langkat, Asahan, hingga Serdang melalui Perjanjian Siak tahun 1858.

  • Padahal, wilayah-wilayah tersebut sebenarnya masuk ke dalam kekuasaan Kesultanan Aceh.
  • Sebelumnya, merujuk pada Perjanjian London 1824, Belanda harusnya mengakui kedaulatan Kesultanan Aceh atas wilayah-wilayahnya.
  • Namun, dengan adanya Perjanjian Siak dan masuknya Belanda ke beberapa wilayah Aceh, membuat Kesultanan Aceh geram dan menuding Belanda melanggar Perjanjian London 1824.

Baca juga: Sebab Khusus Terjadinya Perang Aceh Sejak saat itu ketegangan pun meningkat. Kesultanan Aceh menenggelamkan setiap kapal milik Belanda yang melintas di perairannya. Berikutnya pada tahun 1871, Belanda dan Inggris terlibat perjanjian yang isinya antara lain Inggris menyerahkan urusan di Aceh kepada Belanda.

Apakah yang melatarbelakangi Perang Aceh?

Penyebab Perang Aceh – Berikut penyebab terjadinya perang Aceh dari umum ke khusus:

Penyebab umum perang Aceh adalah pemerintah Belanda melakukan perjanjian Traktat London (1824) dan Traktat Sumatra (1871). Pemerintah Belanda ingin menguasai Aceh karena memiliki kerajaan kuat dan kemampuan diplomatis tinggi. Perjanjian London (1824) membuat Aceh menjadi daerah penyangga kekuasaan Inggris di Malaka. Sedangkan Bengkulu diserahkan Inggris pada Belanda. Belanda berhak atas kekuasaan daerah Sumatra Timur yang didapatkan dari Sultan Siak. Belanda membantu Sultan Siak dalam perang saudara melalui Traktak Siak tahun 1858. Terbukanya Terusan Suez tahun 1869, membuat perairan Aceh menjadi jalur pelayaran Eropa ke Asia. Traktat Sumatra di tahun 1871, menjelaskan Inggris tidak menghalangi usaha Belanda meluaskan daerah kekuasaan sampai Aceh. Penyebab khusus perang Aceh seperti kesultanan Aceh menjalin hubungan diplomasi dengan negara Italia, Turki, dan Amerika Serikat. Belanda cemas nantinya Aceh menuntut untuk diakui kedaulatan oleh Belanda. Belanda menginginkan Aceh tunduk pada pemerintahan. Tetapi Sultan Aceh menolak tunduk pada Belanda hingga terjadi perang.

You might be interested:  Apa Yang Dimaksud Teuku Dan Tengku Dalam Masyarakat Aceh?

Apa yang melatarbelakangi terjadinya perlawanan masyarakat Maluku?

1. Latar Belakang – Latar belakang perlawanan rakyat Maluku mengusir bangsa Belanda karena adanya praktik monopoli dan sistem pelayaran Hongi yang membuat rakyat sengsara. Belanda melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil bumi terutama rempah- rempah kepada VOC.

Bagaimana latar belakang dan proses terjadinya Perang Padri?

Penyebab Perang Padri – Perang Padri disebabkan karena adanya perbedaan pandangan antara kaum Padri dengan kaum Adat. Peperangan terjadi selama 3 masa yaitu tahun 1821-1825. Tahun tersebut ditandai dengan perlawanan kaum Padri di daerah Minangkabau. Masa kedua antara 1825-1830, pertempuran mulai mereda karena Belanda melakukan perjanjian.

Awalnya perjanjian dilakukan dengan kaum Padri. Akhirnya kaum adat terdesak lalu meminta bantuan kepada Belanda untuk melawan kaum Padri. Masa ketiga di tahun 1830-1838 terjadi perlawanan kaum Padri hingga Belanda melakukan penyerbuan besar-besaran. Selama perlawanan perang padri dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.

Pasukan Tuanku Imam Bojol menghadapi pasukan Belanda yang menyerbu di benteng Bonjol. Belanda kesulitan untuk mengalahkan kaum Padri. Tahun 1824 terjadi perjanjian damai dalam maklumat Perjanjian Masang. Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch melakukan perdamaian bersama pemimpin Tuanku Imam Bonjol.

Perjanjian dilakukan karena Belanda mengalami kerugian di Jawa. Ketika itu terjadi perang Diponegoro sehingga Belanda kehabisan dana dalam peperangan. Tahun 1833 terjadi perubahan perang antara kaum Adat dan kaum Paderi melawan Belanda. Kaum Adat menyadari Belanda merugikan masyarakat Minangkabau sendiri.

Pada 16 Maret sampai 17 Agustus 1837 terjadi penyerangan dan pengepungan benteng yang dilakukan oleh Belanda. Ketika itu perwira Belanda datang dengan pasukan yang lebih besar. Belanda membawa jenderal dan para perwira besar. Selain itu Belanda mendatangkan tentara dari berbagai suku seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon.

You might be interested:  Kerajaan Islam Pertama Yang Terletak Di Perlak Aceh Adalah Kerajaan?

Selain itu Belanda membawa tentara dari Eropa namun serangan tersebut masih gagal. Pada 20 Juli 1837, Belanda membawa beberapa tentara dari Eropa dan Afrika untuk mengepung Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya. Belanda sampai tiga kali menyerang benteng Bonjol untuk mengalahkan pasukan Tuanku Imam Bonjol.

Belanda akhirnya berhasil menguasai benteng pada 16 Agustus 1837. Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837. Imam Bonjol kemudian dipindahkan ke Cianjur, Jawa Barat kemudian ke Ambon, hingga ke Minahasa. Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada 8 November 1864 di tempat pengasingan.