Apa Kegunaan Daun Rumbia Pada Atap Rumah Adat Dari Aceh?

0 Comments

Apa Kegunaan Daun Rumbia Pada Atap Rumah Adat Dari Aceh
Apa Kegunaan Daun Rumbia Pada Atap Rumah Adat Dari Aceh Rumoh Aceh. ©2014 merdeka.com/afif Merdeka.com – Komplek Museum Rumoh Aceh (Rumah Tradisional Aceh) menjadi tujuan kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Keunikan Rumoh Aceh telah membuat decak kagum siapapun yang melihatnya. Secara artistik tidak hanya indah bentuk dan ukirannya, tetapi juga konstruksinya serba alami. Rumoh Aceh tidak hanya menjadi tempat hunian. Akan tetapi juga menjadi simbol untuk mengekspresikan keyakinan kepada Tuhan. Leluhur orang Aceh membangun rumah ini tidak bim salabim, namun telah melalui berbagai proses rumit karena harus berhadapan dengan seleksi alam tropis di sana.

  • Proses rumit itu menghasilkan Rumoh Aceh itu, yang dibangun efektif menyesuaikan kondisi alam, misalnya tanpa menggunakan paku dan hanya mengikat antar sendi dengan membuat pasak lebih dulu.
  • Adaptasi terhadap lingkungan bisa dilihat dari konstruksi bangunan rumah berbentuk panggung.
  • Mengingat Aceh berada di kawasan hutan tropis, setiap saat bencana bisa datang, maupun untuk menghindari dari binatang buas kala itu.

Termasuk semua bahan material yang digunakan, semua berasal dari alam tropis yang disediakan Aceh. Longok saja Rumoh Aceh yang berada di Jalan S.A Mahmudsyah Nomor 12 Peuniti, Banda Aceh, misalnya. Tak seberapa jauh dari Pendopo Gubernur Aceh, tepatnya bersebelahan dengan makam Sultan Iskandar Muda menjadi daya tarik sendiri wisatawan lokal maupun mancanegara.

Rumah adat tradisional Aceh ini memiliki 24 tiang dari pohon kayu yang masih bulat setinggi 3 meter yang sudah dijadikan Museum. Bila Anda berjalan di bawahnya, kita tidak harus menunduk, termasuk orang dewasa dan bahkan ukuran tinggi orang Eropa dengan bebas bisa melintasinya. Rumoh Aceh juga memiliki ruang yang memiliki berbagai macam filosofi dan fungsi.

Misalnya yang biasa disebut yup moh (Bawah Rumah) merupakan tempat bermain anak-anak dan sejumlah fungsi lainnya seperti tempat menyimpan padi (Kroeng) paska panen. Dani Daud, seorang ahli desainer yang pernah mendesain jembatan panjang di Bali mengatakan dia harus mengelus dada melihat generasi muda sekarang sudah banyak melupakan makna filosofi Rumoh Aceh.

  • Mirisnya, generasi muda sekarang sudah mulai meninggalkan budaya membangun bangunan yang memiliki corak Rumoh Aceh.
  • Padahal secara kontruksi, Rumoh Aceh itu aman terhadap berbagai bencana, baik gempa, banjir maupun aman dari serangan binatang buas kala itu.
  • Saya miris sekarang, banyak generasi muda saat ini sudah melupakan bangunan kontruksi Rumoh Aceh, padahal ada banyak filosofi seperti rumah yang tahan terhadap gempa,” ungkap Dani Daud pekan lalu.
You might be interested:  No Telepon Hotel Hermes Banda Aceh?

Selain itu, Dani menjelaskan Rumoh Aceh beratapkan rumbia dan terbuat dari kayu pilihan yang bisa bertahan ratusan tahun.

Apakah pohon rumbia bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan atap?

LAMPUNG — Tanaman sagu memiliki daun menyerupai pohon kelapa. Daun itu masih dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Tamanbaru, Desa Kuripan serta sebagian desa lain di wilayah Penengahan untuk atap bangunan. Adanya pertimbangan kesehatan serta kemudahan untuk diperoleh menjadikan daun yang disebut sebagai daun rumbia ini masih digunakan.

  • Hadi (59) adalah salah seorang pembuat atap daun rumbia di Lampung.
  • Dia sudah menekuni pembuatan atap daun rumbia atas pesanan warga yang hendak membangun rumah,saung bahkan kandang ternak.
  • Hadi mengaku masih memiliki ratusan batang pohon rumbia.
  • Tanaman rumbia yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan atap khususnya umumnya yang masih berukuran kecil.

Proses pemangkasan bisa dilakukan hanya menggunakan golok tanpa bantuan alat lain. Hal ini berbeda dengan pohon rumbia yang sudah tinggi. Pohon sagu berukuran besar menurut Hadi sengaja dijual sebagai bahan baku pembuatan tepung sagu setelah pohon tersebut tidak produktif menghasilkan buah menyerupai salak berasa sepat namun kerap dikonsumsi.

“Saya memanen pelepah rumbia yang sudah tua dengan menyisakan sebanyak tiga pelepah pada setiap batangnya agar bisa tumbuh lagi dan bisa dimanfaatkan saat sudah tua,” terang Hadi saat ditemui Cendana News tengah melakukan proses pembuatan atap dari daun rumbia di beranda rumahnya, Jumat (25/8/2017).

Sebagian pesanan daun rumbia tersebut diakui Hadi banyak dipesan masyarakat untuk proses pembuatan gubuk atau umbulan di sawah yang berfungsi sebagai bangunan rumah menunggu tanaman padi serta di lahan perkebunan. Selain harganya lebih murah dengan harga berkisar Rp5.000 hingga Rp7.000 per lembar tergantung ukuran, atap rumbia lebih mudah dibawa ke lokasi yang jauh khususnya di areal yang jauh dengan akses jalan.

Hadi yang sudah membuat daun rumbia sejak tahun 2000 tersebut mengaku saat ini tengah menyelesaikan pesanan atap rumbia sebanyak 100 lembar dengan panjang masing masing dua meter sebagai atap bangunan saung pada rumah makan apung yang tengah menjamur di wilayah tersebut. Proses pembuatan dikerjakan setiap hari dengan jangka waktu beberapa pekan bisa diselesaikannya dan saat atap selesai dibuat pemesan akan mengambil dengan kendaraan untuk diaplikasikan dengan bangunan.

SELANJUTNYA: 1 2

You might be interested:  Apa Yang Menyebabkan Kegagalan Serangan Aceh Kepada Portugis?

Apakah Rumoh terbuat dari daun rumbia?

Bagian Atas Rumah Adat Aceh – Bagian ini terletak di bagian atas seuramoe teungoh. Berbentuk seperti loteng yang berfungsi menyimpan barang-barang penting milik keluarga. Atap Rumoh Aceh terbuat dari daun rumbia yang diikat dengan rotan dan dibelah kecil-kecil.

Siapa pembuat atap daun rumbia?

LAMPUNG — Tanaman sagu memiliki daun menyerupai pohon kelapa. Daun itu masih dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Tamanbaru, Desa Kuripan serta sebagian desa lain di wilayah Penengahan untuk atap bangunan. Adanya pertimbangan kesehatan serta kemudahan untuk diperoleh menjadikan daun yang disebut sebagai daun rumbia ini masih digunakan.

Hadi (59) adalah salah seorang pembuat atap daun rumbia di Lampung. Dia sudah menekuni pembuatan atap daun rumbia atas pesanan warga yang hendak membangun rumah,saung bahkan kandang ternak. Hadi mengaku masih memiliki ratusan batang pohon rumbia. Tanaman rumbia yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan atap khususnya umumnya yang masih berukuran kecil.

Proses pemangkasan bisa dilakukan hanya menggunakan golok tanpa bantuan alat lain. Hal ini berbeda dengan pohon rumbia yang sudah tinggi. Pohon sagu berukuran besar menurut Hadi sengaja dijual sebagai bahan baku pembuatan tepung sagu setelah pohon tersebut tidak produktif menghasilkan buah menyerupai salak berasa sepat namun kerap dikonsumsi.

Saya memanen pelepah rumbia yang sudah tua dengan menyisakan sebanyak tiga pelepah pada setiap batangnya agar bisa tumbuh lagi dan bisa dimanfaatkan saat sudah tua,” terang Hadi saat ditemui Cendana News tengah melakukan proses pembuatan atap dari daun rumbia di beranda rumahnya, Jumat (25/8/2017).

Sebagian pesanan daun rumbia tersebut diakui Hadi banyak dipesan masyarakat untuk proses pembuatan gubuk atau umbulan di sawah yang berfungsi sebagai bangunan rumah menunggu tanaman padi serta di lahan perkebunan. Selain harganya lebih murah dengan harga berkisar Rp5.000 hingga Rp7.000 per lembar tergantung ukuran, atap rumbia lebih mudah dibawa ke lokasi yang jauh khususnya di areal yang jauh dengan akses jalan.

Hadi yang sudah membuat daun rumbia sejak tahun 2000 tersebut mengaku saat ini tengah menyelesaikan pesanan atap rumbia sebanyak 100 lembar dengan panjang masing masing dua meter sebagai atap bangunan saung pada rumah makan apung yang tengah menjamur di wilayah tersebut. Proses pembuatan dikerjakan setiap hari dengan jangka waktu beberapa pekan bisa diselesaikannya dan saat atap selesai dibuat pemesan akan mengambil dengan kendaraan untuk diaplikasikan dengan bangunan.

SELANJUTNYA: 1 2

You might be interested:  Cara Buat Paspor Di Banda Aceh?

Apa kegunaan rumah adataceh?

Seuramoe Teungoh atau Rumah Inong – Bagian lain dari rumah adat Aceh merupakan seuramoe teungah atau rumah inong, Nama rumah adat Aceh tersebut disematkan untuk ruangan tengah. Kegunaan dari ruangan ini adalah sebagai ruangan inti yang terdiri dari beberapa kamar masing-masing di bagian kanan dan kiri.